Yohanes VI

701-705

Paus Yohanes VI adalah Paus ke-85 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 701-705. Yohanes berasal dari Efesus, Yunani. Ia terpilih menjadi Paus menggantikan Paus St. Sergius pada 30 Oktober 701. Paus Yohanes melindungi Theophylactus yang diutus Kaisar dari Sicilia menuju Roma, karena umat curiga kepadanya. Ketika bangsa Lombardia mulai menyerang kembali wilayah-wilayah Italia, Paus Yohanes menemui pemimpin mereka, Gisulf dan memintanya kembali ke wilayahnya. Paus Yohanes juga menebur para tawanan perang. Tidak lama kemudian St. Wilfridus kembali ke Roma dan meminta bantuan Paus kembali untuk mengembalikan takhta Keuskupannya. Paus Yohanes mengikuti jejak pendahulunya dan menyurati Raja Ethelred. Paus Yohanes juga mengakui Brithwald sebagai Uskup Agung Canterbury. Paus Yohanes VI meninggal pada 11 Januari 705 dan dimakamkan di Basilika St. Petrus.




dari sumber http://saints.sqpn.com/http://www.catholic.org/http://www.newadvent.org/, dan http://en.wikipedia.org/

Yohanes VII

705-707

Paus Yohanes VII adalah Paus ke-86 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 705-707. Yohanes berasal dari Calabria, dan memiliki darah Yunani. Ia adalah putera dari Plato, seorang pejabat Kekaisaran, dan Blatta. Yohanes adalah Rektor Patrimoni Kepausan di Appian, sebelum terpilih menjadi Paus. Pada 1 Maret 705, Yohanes terpilih menjadi Paus menggantikan Paus Yohanes VI. Paus Yohanes banyak memperbaiki dan memperindah gereja, diantaranya adalah gereja St. Maria Antiqua, biara di gunung Sabiaco, dan kapel St. Maria di Basilika St. Petrus. Paus Yohanes juga mendirikan sebuah istana Kepausan atau Episcopium di dekat gereja St. Maria Antiqua. Raja Lombardia, Aripert II, mengembalikan Patrimony Kepausan yang sebelumnya direbut oleh bangsa Lombardia. Paus Yohanes mengembalikan hasil konsili Quinisext yang dikirimkan oleh Kaisar Yustinus II, tanpa menerima ataupun mengutuknya. Terhadap para klerus Inggris di Roma, Paus Yohanes dikenal karena berhasil mengubah cara berpakaian mereka. Paus Yohanes VII meninggal pada 18 Oktober 707 di istana yang ia dirikan, dan dimakamkan di Basilika St. Petrus.


Severinus

640

Paus Severinus adalah Paus ke-71 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 640. Severinus berasal dari Roma dan merupakan putera dari Abienus. Severinus terpilih sebagai Paus tiga hari setelah kematian Paus Honorius I. Kaisar Heraclius mengirimkan sebuah Ecthesis kepada Paus Severinus untuk mengakui Monotelitisme, tetapi Paus menolaknya, dan membuat pengakuan dari Kekaisaran tertunda. Usaha demi usaha dilakukan untuk memperoleh pengakuan Kaisar, samapi akhirnya pengakuan itu diperoleh, dan Paus Severinus diberkati pada 28 Mei 640, dan dengan tetap menolak Monotelitisme. Paus Severinus merenovasi Basilika St. Petrus. Paus Severinus meninggal pada 2 Agustus 640 dan dimakamkan di Basilika St. Petrus.


Theodorus I

642-649

Paus Theodorus I adalah Paus ke-73 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 642-649. Theodorus adalah seorang Yunani yang berasal dari Yerusalem. Ia merupakan putera seorang Uskup. Setelah kematian Paus Yohanes IV, Theodorus terpilih sebagai Paus dan diberkati pada 24 November 642. Paus Theodorus dikenal bersemangat dan suka membantu orang miskin. Sama seperti pendahulunya, Paus Theodorus mengutuk ajaran sesat Monotelitisme. Ia sempat menerima pertobatan Pyrrhus, Patriark Konstantinopel pada tahun 645, tetapi kemudian mengekskomunikasinya, karena kembali pada ajaran sesat Monotelitisme pada tahun 648. Paus Theodorus I juga menolak mengakui Paulus sebagai Patriark Konstantinopel, karena Pyrrhus diturunkan tidak sesuai dengan Hukum Kanon. Paulus kemudian diekskomunikasi pada tahun 649. Sebuah sinode di Lateran direncanakan oleh Paus Theodorus, untuk mengutuk Ecthesis Kaisar Heraclius dan Typos Kaisar Konstans II, tetapi pada Paus Theodorus lebih dahulu meninggal sebelum sinode terlaksana. Paus Theodorus I meninggal dan dimakamkan di Basilika St. Petrus pada 14 Mei 649.


Pelagius I

556-561

Paus Pelagius I adalah Paus ke-60 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 556-561. Pelagius lahir di Roma, pada sebuah keluarga bangsawan Romawi. Ia adalah putera dari Yohanes, seorang vikaris satu dari dua distrik di Italia. Diyakini Pelagius menjadi seorang Diakon, dan ikut mendampingi Paus St. Agapitus I saat pergi ke Konstantinopel. Pelagius ditunjuk sebagai nunsius untuk Konstantinopel pada tahun 536, sebelum Paus St. Agapitus meninggal. Pelagius memberikan pengaruh besar terhadap Kaisar Yustinus, terutama ketika memilih Patriark Alexandria, Paulus pada tahun 540, dan juga ketika menurunkannya dan memilih penggantinya pada tahun 542. Pelalgius kembali ke Roma dengan membawa atauran Kaisar mengenai pengutukan Origen. Ketika Paus Vigilius dipanggil ke Konstantinopel, Pelagius berada di Roma sebagai perwakilannya. Ia mendapingi umat ketika kota Roma diserang bangsa Gothic yang dipimpin oleh Totila. Pelagius mengusahakan perdamaian antara bangsa Gothic dan Kekaisaran Byzantium. Pelagius kembali ke Konstantinopel, kali ini untuk mendukung Paus Vigilius. Ia bahkan dimasukan ke dalam penjara bersama para pendukung Paus setelah Konsili Konstantinopel II, agar Paus mau menerima hasil Konsili. Kemudian Paus Vigilius menerima hasil Konsili Konstantinopel, dan Pelagiuspun mendukung keputusan Paus. Pelagius meninggalkan Konstantinopel bersama Paus Vigilius, tetapi Paus meninggal dunia di Syracuse. Selama sepuluh bulan, Gereja Katolik tidak memiliki seorang Paus, karena tidak ada yang mau memberkati Pelagius, yang mendapat dukungan Kaisar menjadi Paus. Banyak orang menuduh Pelagius membunuh Paus Vigilius, bahkan ada juga yang mengatakan Pelagius melakukan simoni. Pelagius membantu mereka yang kelaparan dan memperbaiki gereja-gereja. Pada akhirnya ia terpilih dan diberkati sebagai Paus pada 16 April 556. Paus Pelagius tidak berhasil untuk menghentikan skisma yang terjadi di bagian utara Italia. Paus Pelagius berhasil meyakinkan Gereja di Galia untuk mendukung hasi Konsili Konstantinopel II, sehingga mencegah terjadinya skisma di Galia. Paus Pelagius juga menyusun tribunal Gereja dan menekan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh klerus. Paus Pelagius meninggal pada 3 Maret 561 dan dimakamkan di depan sakristi, Basilika St. Petrus.


Yohanes IV

640-642

Paus Yohanes IV adalah Paus ke-72 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 640-642. Yohanes berasal dari Dalmatia, dan merupakan putera dari Venantius, seorang advokat. Yohanes menjadi Diakon Agung sebelum terpilih sebagai Paus, setelah kematian Paus Severinus. Paus Yohanes IV diberkati pada 24 Desember 640. Tidak lama setelah terpilih, Dalmatia diserang oleh bangsa Slavia, dan hal ini sangat menggangu Paus Yohanes. Paus mengirim abbott Martin ke Dalmatia dan Istria dengan sejumlah uang untuk menebus para tawanan. Paus Yohanes juga memindahkan relikui para orang kudus di Dalmatia menuju Roma, karena gereja disana rusak berat. Paus Yohanes juga berusaha mempertobatkan bangsa Slavia kepada iman Kristen. Paus Yohanes juga menuliskan surat kepada umat beriman di Irlandia Utara, terkait masalah kesalah tanggal perayaan Paskah dan juga memperingatkan mereka untuk waspada terhadap ajaran sesat Pelagianisme. Paus Yohanes juga mengutuk ajaran Monotelitisme dan juga membuat apologi terhadap kepada Paus Honorius I yang namanya selalu digunakan untuk menyebarkan ajaran sesat ini. Paus Yohanes IV meninggal pada 12 Oktober 642 dan dimakamkan di Basilika St. Petrus.


Honorius I

625-638

Paus Honorius I adalah Paus ke-70 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 625-638. Honorius lahir di Campagna, Italia. Ia adalah putera dari seorang konsul bernama Petronius. Honorius terpilih sebagai Paus menggantikan Paus Bonifasius V dan diberkati pada 27 Oktober 625. Paus Honorius mendukung penuh Misi di Inggris dan ia mengirim St. Birinus untuk menyebarkan Injil di Inggris. Pada tahun 630, Paus Honorius juga memita kepada umat di Irlandia untuk merayakan paskah seturut keputusan konsili di Magh Lene. Pada tahun 634, ia memberikan pallium kepada St. Paulinus dari York dan Honorius dari Caterbury. Paus Honorius memulai Pesta Salib Suci. Ia memperbaiki dan memperindah gereja-gereja di Roma. Paus Honorius memperbaiki saluran air Kaisar Trajan, dan membantu Raja Lombardia, Adawald. Keuskupan Aquileia kembali bersatu dengan Gereja Katolik pada masa Kepausan Honorius. Hal yang paling menjatuhkan nama Paus Honorius adalah suratnya kepada Sergius, Patriark Konstantinopel, yang membahas seputar Monotelitisme. Paus Honorius tidak mengutuk ataupun melarang ajaran, ini, tetapi juga tidak memberikan pembenaran dan pengakuannya. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah Paus Honorius tidak Monotelitisme kepada Gereja Katolik, tetapi hanya berbicara dalam surat saja kepada Sergius. Paus Honorius meninggal pada 12 Oktober 638. Pada Konsili Konstantinopel III, Paus Honorius dikutuk, dan hal ini disetujui oleh Paus St. Leo II. Menurut Paus St. Leo II, Paus Honorius layak dikutuk karena tidak mencegah penyesatan Iman Katolik, melalui Monotelitisme.


Benediktus I

575-579
Paus Benediktus I adalah Paus ke-62 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 575-579. Benediktus berasal dari Roma dan merupakan putera dari Bonifasius, yang orang Yunani menyebutnya Bonosus. Benediktus terpilih menjadi Paus setelah kematian Paus Yohanes III, tetapi pengakuan dari Kaisar Yustinus membuatnya baru dapat diberkati sebelas bulan kemudian, atau pada 2 Juni 575. Tidak banyak yang tercatat mengenai masa Kepausan Benediktus I. Sama seperti pendahulunya, Paus Benediktus mengakui hasil Konsili Konstantinopel II. Ia memberikan sebuah tempat bernama Massa Veneris kepada abbot Stefanus dari St. Markus. Pada tahun 578, Paus Benediktus juga mentahbiskan St. Gregorius I sebagai Diakon. Bencana kelaparan pada masa penyerbuan bangsa Lombardia membuat Paus Benediktus harus bekerja keras membantu umatnya, dan iapun meninggal dalam usahanya ini pada 30 Juli 579, dan dimakamkan di bagian depan sakristi Basilika St. Petrus.


Vigilius

537-555

Paus Vigilius adalah Paus ke-59 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 537-555. Vigilius lahir sekitar tahun 500 di Roma. Ia berasal dari keluarga yang terkenal. Ia adalah putera seorang konsul bernama Johannes, dan saudara dari seorang senator bernama Reparatus. Vigilius menjadi Diakon Gereja pada tahun 531. Ia sempat ditunjuk sebagai penerus Paus Bonifasius II, tetapi Paus Bonifasius II kemudian membatalkannya. Pada masa Kepausan St. Agapitus I, Vigilius dikirim sebagai perwakilan di Konstantinopel. Vigilius mendampingi Paus St. Agapitus I pada saat kematiannya. Ia juga membawa tubuh Paus St. Agapitus I kembali ke Roma. Diketahui kemudian, Vigilius mengadakan kesepakatan dengan Ratu Theodora, dimana Ratu akan mendukung Vigilius menjadi Paus dan juga mengirimkan sejumlah uang, dengan imabalan Vigilius akan mendukung Monofisitisme dan mengembalikan jabatan Anthimus. Vigilius menerima surat keputusan penunjukan dirinya sebagai Paus, tetapi Paus St. Silverius sudah terlebih dahulu dipilih. Melalui tuduhan palsu, Paus St. Silverius diturunkan dan diasingkan, sehingga pada 29 Maret 537, Vigilius dapat diberkati dan menjadi Paus. Tidak semua klerus di kota Roma menerima Vigilius, tetapi kemudian setelah Paus St. Silverius meninggal, semua klerus menerima Vigilius sebagai Paus. Ada yang mengatakan bahwa Vigilius terlibat dalam pengasingan atau pembunuhan Paus St. Silverius. Hal pertama yang diketahui mengenai Paus Vigilius adalah mengirimkan surat kepada St. Caesarius dari Arles mengenai pertobatan Raja Austrasia, Theodobert, karena mengawini janda saudaranya. Kemudian Paus Vigilius mengirimkan dekrit kepada Uskup Profuturus dari Braga terkait pertanyaan-pertanyaan seputar disiplin Gereja. Uskup Auxanius dan Aurelian dari Arles juga bersatu kembali dengan Paus Vigilius. Terkait kesepakatannya dengan Ratu Theodora, Paus Vigilius tidak mendukung dan mengembalikan posisi Anthimus. Pada tahun 540, Paus Vigilius mengrim surat kepada Raja Yustinus dan Patriark Menas, yang isinya mendukung sinode Efesus dan Kalsedon, mendukung keputusan Paus St. Leo I, dan mendukung penurunan Anthimus. Ajaran sesat Origenisme mulai muncul pada masa Kepausan Vigilius. Pada tahun 543, Kaisar Yustinus mengeluarkan aturan yang mengutuk ajaran Origenisme, dan juga mengeluarkan sebuah edikta yang mengutuk trîa kephálaia atau tiga tulisan yang dikatakan dapat menyatukan kelompok Nestorianisme dengan Monofisitisme. Paus Vigilius dan Gereja Barat menolak edikta ini karena berpandangan edikta ini menurunkan derajat Konsili Kalsedon. Pada 20 November 545, Paus dijemput oleh seorang perwira bernama Anthimus, ketika merayakan Misa Pesta St. Cecilia, untuk pergi ke Konstantinopel. Paus pergi pada tangga 22 November 545, dan umat yang kecewa mengutuki Paus dan melempari kapal yang membawa Paus Vigilius dengan batu. Paus Vigilius tiba di Konstantinopel pada Januari 547. Di Konstantinopel, Paus Vigilius diyakinkan untuk menerima edikta Kaisar, tetapi Paus selalu tidak siap. Konsili Konstantinopel II diadakan pada tahun 553, tetapi Paus Vigilius tidak menghadirinya. Konsili Konstantinopel II kemudian mengutuk trîa kephálaia. Paus Vigilius akhirnya mengakui hasil Konsili Konstantinopel II melalui surat kepada Patriark Euthychius dan melalui sebuah Konstitusi. Paus Vigilius dapat kembali ke Roma setelah tinggal selama delapan tahun di Konstantinopel, pada tahun 555. Pada 7 Juni 555, Paus Vigilus yang dalam perjalanan kembali ke Roma, meninggal dunia di Syracuse, Sicilia. Paus Vigilius dimakamkan di Basilika St. Silvester.


Yohanes Paulus I

1978

Paus Yohanes Paulus I adalah Paus ke-263 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 1978. Masa Kepausannya terbilang sangat singkat, yaitu hanya selama 33 hari. Paus Yohanes Paulus I terlahir dengan nama Albino Luciani di Forno di Canale (Belluno), Italia pada 17 Oktober 1912 dari pasangan Yohanes Luciani dan Bortola Tancon. Ia dibaptis darurat pada hari yang sama akibat bahaya kematian. Ia kemudian dibaptis di gereja dua hari kemudian. Ia ditahbiskan menjadi Imam di gereja St. Petrus, Belluno pada tanggal 7 Juli 1935. Ia kemudian ditunjuk sebagai Uskup Keuskupan Vittorio Veneto, Italia oleh Paus Sto. Yohanes XXIII pada 15 Desember 1958 dan ditahbiskan beberapa hari kemudian oleh Paus Sto. Yohanes XXIII. Ia menghadiri Konsili Vatikan II dalam kapasitasnya sebagai seorang Uskup. Pada 15 Desember 1969, ia ditunjuk sebagai Patriark Venesia oleh Paus Paulus VI. Ia juga diangkat sebagai Kardinal pada 5 Maret 1973 oleh Paus Bto. Paulus VI. Setelah Paus Bto. Paulus VI meninggal, ia terpilih sebagai Paus dan memilih nama Yohanes Paulus I, yang merupakan gabungan nama dari kedua pendahulunya, yakni Paus Sto. Yohanes XXIII dan Paus Bto. Paulus VI. Ia menjadi Paus pada tanggal 26 Agustus 1978 dan meninggal 33 hari kemudian, pada tanggal 28 September 1978. Banyak spekulasi mengenai kematiannya, tetapi Gereja Katolik tetap menyatakan bahwa kematiannya karena sakit.


Liberius

352-366

Paus Liberius adalah Paus ke-36 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 352-366. Liberius berasal dari Roma. Sebelum menjadi Paus, ia adalah seorang Diakon di Roma. Liberius terpilih menjadi Paus menggantikan Paus St. Julius I pada 22 Mei 352. Kematian Kaisar Konstans membuat Kaisar Konstantinus II menguasai seluruh wilayah Kekaisaran Romawi. Kaisar Konstantinus yang sudah mulai terpengaruh ajaran sesat Arianisme  berusaha agar Gereja mengutuk dan menurunkan kembali St. Athanasius. Paus Liberius membela St. Athanasius, sehingga bersama dengan Uskup-Uskup yang setia kepadanya diasingkan oleh Kaisar. Paus Liberius diasingkan ke Beroea di Thrace. Sementara itu Kaisar dan para klerus yang tidak setia pada Paus memilih Diakon Agung Felix untuk menjadi Paus tandingan atau Anti-Paus, yang diberkati oleh seorang Uskup Arian. Umat memilih setia kepada Paus Liberius. Paus Liberius kembali ke Roma pada akhir tahun 357. Umat menyambutnya dengan meriah, sementara banyak orang, termasuk St. Hieronimus dan St. Athanasius meyakini bahwa Paus Liberius menyerah terhadap hukuman pengasingan yang ia terima. Paus Liberius memimpin Keuskupannya bersama dengan Anti-Paus Felix II, tetapi umat kemudian mengusir Anti-Paus Felix II dari Roma. Pada akhir tahun 361, Kaisar Konstantinus II meninggal dunia, saat itulah Paus Liberius menunjukan dirinya yang sebenarnya. Ia membatalkan hasil konsili Seleucia dan Rimini. Paus Liberius kembali menonjolkan prinsip-prinsip Konsili Nikea dan mendukung penuh St. Athanasius. Paus juga menerima para Uskup yang menyangkal iman mereka setelah mereka mengakui dan menebus kesalahan mereka, dengan usaha mereka melawan Arianisme. Paus Liberius juga membuat aturan yang melarang pembaptisan kembali mereka yang telah dibaptis oleh seorang Arianis. Paus Liberius meninggal pada 12 April  atau 24 September 366 di Roma, Italia. Paus Liberius merupakan Paus pertama yang belum dikanonisasi.


Anastasius II

496-498

Paus Anastasius II adalah Paus ke-50 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 496-498. Tidak banyak yang diketahui tentang kehidupan Anastasius sebelum dan sesudah menjadi Paus. Diyakini ia berasal dari Roma. Setelah kematian Paus St. Gelasius I, Anastasius terpilih sebagai Paus pada 24 November 496. Dalam masa Kepausannya, Raja Clovis dari Franks bertobat bersama rakyatnya, dan diyakini juga Paus Anastasius II memiliki sedikit peran dalam proses pertobatan Raja Clovis. Ajaran sesat Traducianisme berkembang, dan Paus Anastasius mengutuknya. Pada masa Kepausannya juga, terjadi skisma yang dilakukan oleh Acacius, Patriark Konstantinopel. Dalam usaha memperbaiki hubungan akibat skisma yang terjadi, Paus Anastasius II menawarkan pengakuan atas keabsahan semua tindakan sacramental yang dilakukan Acacius, tetapi namanya harus dihapus dari daftar Patriark Konstantinopel. Sikap ini mendapat kekecewaan dari para Imam di Roma, dan banyak dari mereka yang menuduh Paus melakukan Heresi dan tidak mengakui Paus. Paus Anastasius II meninggal tidak lama setelah peristiwa ini pada 16 November 498. Banyak yang mengatakan bahwa kematiannya merupakan Penghakiman Ilahi atas tindakan yang ia lakukan.


Donus

676-678

Paus Donus adalah Paus ke-78 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 676-678. Donus berasal dari Roma dan merupakan putera dari Mauricius. Donus terpilih sebagai Paus menggantikan Paus Adeodatus dan diberkati pada 2 November 676. Paus Donus banyak memperbaiki gereja di Roma, diantaranyan Basilika St. Petrus, Basilika St. Paulus, dan gereja St. Euphemia. Dalam masa Kepausan Donus juga, Uskup Agung Ravenna, Reparatus, kembali taat kepada Tahkta Suci dan mengakhiri skisma yang dimulai pendahulunya. Paus Donus juga mendapati biarawan-biarawan Nestorian berada di sebuah biara Syiria di Roma. Para biarawan Syria disebar pada biara-biara di Roma, sementara biara mereka diambil alih oleh para biarawan Roma. Pada 11 April 678, Paus Donus meninggal dunia dan dimakamkan di Basilika St. Petrus.


Benediktus XVI

2005-2013

Paus Benediktus XVI adalah Paus ke-265 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 2005-2013. Joseph Aloisius Ratzinger lahir pada 16 April 1927 di Marktl, Bavaria, Jerman. Ia adalah putera dari Joseph Ratzinger, Sr., seorang polisi, dan Maria Ratzinger. Ia memiliki saudara, Georg Ratzinger adalah seorang Imam, dan Maria Ratzinger. Masa mudanya tidaklah mudah karena adanya perang dunia dan perlakuan Nazi kepada Gereja Katolik. Joseph bahkan pernah melihat bagaimana tentara Nazi memukul Pastor Paroki sebelum merayakan Misa. Pada tahun 1939, Joseph masuk seminari di Traunstein. Ia juga harus ikut berperang. Ia sempat masuk korps anti-pesawat sebelum perang berakhir. Pada tahun 1945, Joseph melarikan diri ke rumahnya di Traunstein. Ketika pasukan Amerika mendarat di desanya, mereka menjadikan rumah Ratzinger sebagai markas mereka. Joseph yang dikenali sebagai tentara Jerman ditangkap, tetapi kemudian dibebaskan bersama dengan saudaranya, Georg. Joseph dan Georg kembali masuk seminari pada November 1945. Mulai tahun 1946-1951, Joseph belajar filsafat dan teologi di Freising, dan kemudian di Universitas Munich. Pada 29 Juni 1951, Joseph ditahbiskan sebagai Imam Diosesan Freising dan Munich oleh Michael Kardinal von Faulhaber. Pada tahun 1953, ia memperoleh gelar doktor dalam teologi. Ia kemudian mengajar teologi di Freising, Bonn, Munster, Tubingen, dan juga menjabat wakil presiden Universitas Regensburg. Pada tahun 1962-1965, Joseph memberikan kontribusi besar pada Konsili Vatikan II sebagai ahli. Ia hadir pada Konsili Vatikan II sebagai penasehat teologi Uskup Agung Cologne, Joseph Kardinal Frings. Setelah Konsili Vatikan II ia menjadi seorang teolog yang dikenal. Pada 25 Maret 1977, ia diangkat Paus Bto. Paulus VI sebagai Uskup Agung Freising dan Munich. Ia ditahbiskan oleh Mgr. Josef Stagl, Mgr. Rudolf Graber, dan Mgr. Ernst Tewes, CO., dengan moto episkopalnya Cooperatores Veritatis atau Pekerja Kebenaran (3Yoh 1:8). Pada 27 Juni tahun yang sama, Mgr. Joseph Ratzinger diangkat sebagai Kardinal oleh Paus Bto. Paulus VI. Pada tahun 1978, Kardinal Ratzinger mengikuti konklaf yang memilih Paus V. Yohanes Paulus I (Agustus) dan Paus Sto. Yohanes Paulus II (Oktober). Pada 25 November 1981, Paus Sto. Yohanes Paulus II mengangkatnya sebagai Prefek Kongregasi Dokrin dan Iman, Presiden Komisi Kepausan Kitab Suci, dan Presiden Komisi Teologi Internasional. Pada 15 Februari 1982, Kardinal Ratzinger mundur sebagai Uskup Agung Freising dan Munich. Sebagai prefek Kongregasi Untuk Ajaran Iman, ia berhasil menyusun Katekismus Gereja Katolik dari tahun 1986-1992. Kardinal Ratzinger juga terkenal sangat konservatif, sehingga sempat memiliki julukan "kardinal panzer". Pada 6 November 1998, Kardinal Ratzinger diangkat sebagai Wakil-Dekan Kolegium Kardinal dan pada 30 November 2002, ia menjadi Dekan Kolegium Kardinal. Banyak karya dalam bentuk buku maupun jurnal yang ia publikasikan. Pada tahun 2003 Kardinal Ratzinger memimpin komisi khusus untuk menyusun Kompendium Katekismus Gereja Katolik yang ia selesaikan pada tahun 2005 dan ia perkenalkan kepada umat ketika ia telah menjadi Paus. Pada 19 April 2005, Joseph Kardinal Ratzinger terpilih sebagai Paus menggantikan Paus Sto. Yohanes Paulus II dan memilih nama Benediktus XVI. Dalam pengakuannya, ia sebenarnya tidak memiliki bayangan untuk menjadi Paus, bahkan ia ingin segera pensiun dari tugas-tugasnya. Paus Benediktus memulai karyanya dengan membuka proses kanonisasi terhadap Paus Sto. Yohanes Paulus II tanpa harus menunggu lima tahun, dan Paus Benediktus sendiri kemudian membeatifikasinya pada 1 Mei 2011. Paus Benediktus sempat menjadi berita setelah kutipan yang ia gunakan dalam sebuah kuliah umum di universitas Regensburg tahun 2006, disalah artikan oleh sebagian orang, sehingga menimbulkan kemarahan dari umat Muslim. Pada masa Kepausannya juga, Gereja Katolik harus menghadapi banyaknya laporan terhadap pelecehan seksual yang dilakukan oknum-oknum imam Gereja. Paus Benediktus menuliskan tiga ensiklik, Deus Caritas Est, Spe Salvi, dan Caritas in Veritate.  Ia juga menerbitkan tiga jilid buku berjudul Yesus dari Nazareth yang ia katakan sebagai pencariannya akan wajah Allah. Pada 7 Juli 2007, Paus Benediktus menerbitkan Motu Proprio Summorum Pontificum dalam menanggapi permasalah seputar penggunaan Ritus Tridentine yang terakhir di promulgasikan oleh Paus Sto. Yohanes XXIII. Paus Benediktus juga menerbitkan Konstitusi Apostolik Anglicanorum Coetibus terkait banyaknya umat Anglikan, termasuk para imam dan uskup, yang ingin kembali ke pangkuan Gereja Katolik. Paus Benediktus terus berusaha untuk mempersatukan kembali kelompok-kelompok yang terpisah dari Gereja, termasuk Kongregasi St. Pius X (S.S.P.X.). Pada 11 Februari 2013, Paus Benediktus mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Paus pada tanggal 28 Februari 2013, pukul 20.00 waktu Vatikan. Ia merasa kekuatan fisiknya sudah tidak mendukungnya dalam tugas mewartakan Injil, dan ia juga mengatakan mendapatkan panggilan lain untuk berkarya dalam doa dan kontemplasi. Sebelum resmi mengundurkan diri, Paus Benediktus XVI dibawa menuju Castel Gandolfo dimana ia akan menunggu proses pemilihan Paus yang baru selesai, dan penyelesaian proses renovasi terhadap sebuah biara di Vatikan, dimana ia akan menghabiskan masa pensiusnnya.


dari sumber http://www.vatican.va/http://www.indocell.net/yesaya/http://catholic-hierarchy.org/http://www.mirifica.net/http://en.wikipedia.org/, http://www.news.va/, http://www.papalencyclicals.net/, dan http://popebenedictxvi.blogspot.com/

Stefanus III

768-772

Paus Stefanus III adalah Paus ke-94 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 768-772. Stefanus lahir pada sekitar tahun 720 di Sicilia, Italia. Ia adalah putera Olivus. Stefanus pergi ke Roma dan mejadi seorang biarawan Benediktin. Tidak lama kemudian ia ditahbiskan sebagai imam oleh Paus St. Zacharius, dan ditempatkan di Istana Lateran. Setelah kematian Paus St. Paulus I, Gereja masih menghadapi anti-paus Constantine II yang disukung oleh bangsa Tuscan, dan juga anti-paus Phillip yang didukung bangsa Lombardia. Pada tahun 768, dipimpin oleh Christophorus dan Sergius, berhasil menurunkan kedua anti-paus dan mengadakan pemilihan Paus yang sebenarnya. Stefanus terpilih sebagai Paus pada 7 Agustus 768. Diketahui bahwa kedua anti-paus dan para pendukungnya mengalami penyiksaan yang parah, tetapi tidak diketahui apakah Paus Stefanus III terlibat dalam penyiksaan itu. Setelah terpilih sebagai Paus, Paus Stefanus memberitahukan pemilihannya kepada Raja Pepin dan juga memberitahukan akan mengadakan sinode di Lateran. Pada thun 769, sinode Lateran merumuskan aturan pemilihan Paus, dimana seorang awam tidak dapat dipilih, dan hanya para Kardinal atau para imam keuskupan Roma yang telah ditunjuk Paus yang dapat dipilih, dan membahas masalah ikonoklase. Pada tahun 770, masalah terjadi di Ravenna, dimana seorang awam diangkat oleh Raja Lombardia, Desiderius menjadi Uskup Agung, dan menahan Diakon Agung Leo. Paus Stefanus III menolak mengakuinya dan membela Diakon Agung Leo. Atas bantuan bangsa Frank, Diakon Agung Leo berhasil dibebaskan dan ditahbiskan oleh Paus Stefanus III sebagai Uskup Agung Ravenna. Setelah kematian Raja Pepin, bangsa Frank dipimpin oleh B. Karolus Agung dan Carloman. Mereka membantu Paus Stefanus III merebut kembali wilayah Kepausan dari bangsa Lombardia. Masalah terjadi ketika Raja Lombardia menawarkan perdamaian dengan menikahkan kedua puterinya dengan kedua penguasa Frank yang juga telah memiliki isteri. Paus Stefanus III menentang kaeras hal ini, tetapi kedua B. Karolus Agung dan Carloman tidak mendengarkannya. Masalah lain terjadi ketika Raja Desiderius berhasil menyuap kepala rumah tangga Kepausan, Paul Afiarta. Mereka berhasil menyingkirkan Christophorus dan Sergius. Diakhir masa Kepausannya, terjadi masalah terhadap para Uskup di Istria yang menolak otoritas dari Patriark Grado. Paus Stefanus memperingatkan mereka semua dan mengancam akan menjatuhkan ekskomunikasi bagi yang melawan. Paus Stefanus III meninggal dunia pada 1 Februari 772 di Roma, Negara Kepausan.


dari sumber http://saints.sqpn.com/http://global.britannica.com/http://www.nndb.com/http://www.newadvent.org/, dan http://en.wikipedia.org/
Buku Mengenal 265 Paus Dari St. Petrus Hingga Benediktus XVI

Adeodatus (II)

672-676

Paus Adeodatus (II) adalah Paus ke-77 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 672-676. Adeodatus berasal dari Roma, dan merupakan putera dari Jovinian. Adeodatus adalah seorang biarawan St. Erasmus di Bukit Caelian. Adeodatus terpilih sebagai Paus menggantikan Paus St. Vitalianus pada 11 April 672. Ia mempromosikan disiplin kehidupan monastik dan membantu biara-biara secara finansial. Paus Adeodatus mengikuti jejak pendahulunya dengan melawan ajaran sesat Monotelitisme. Ia juga memugar Basilika St. Petrus. Paus Adeodatus (II) meninggal pada 17 Juni 676.


Yohanes II

533-535

Paus Yohanes II adalah Paus ke-56 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 533-535. Ia terlahir dengan nama Mercurius, berasal dari Roma, dan merupakan putera dari Projectus. Merkurius diketahui menjadi imam di Basilika St. Klement. Dua bulan setelah Paus Bonifasius II meninggal, Merkurius terpilih sebagai penggantinya. Ia mengganti namanya menjadi Yohanes karena merasa namanya terlalu mencerminkan Paganisme, dan menjadi Paus pertama yang melakukannya. Paus Yohanes mengekskomunikasi Acoemetæ atau kelompok biarawan Nestorian di Roma, dan hal ini ia sampaikan kepada Kaisar Yustinus. Kejahatan yang dilakukan Uskup Riez membuat Paus Yohanes II memerintahkan Uskup Galia untuk mengurungnya dalam sebuah biara, dan sampai dengan Uskup yang baru terpilih, Keuskupan Riez berada dibawah Keuskupan Arles. Ketika konsili Kartago berlangsung, para Uskup mengirimkan surat kepada Paus Yohanes II untuk menanyakan perlakuan kepada Uskup-Uskup yang berapostasi pada Arianisme, tetapi Paus Yohanes II tidak dapat memberikan jawabannya, karena Paus meninggal lebih dahulu. Paus Yohanes II meninggal pada 8 Mei 535 di Roma, dan dimakamkan di Basilika St. Petrus.


Stefanus II

752-757

Paus Stefanus II adalah Paus ke-92 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 752-757. Stefanus lahir pada tahun 715 di Roma. Ia adalah saudara dari Paus St. Paulus. Ia diketahui sebagai seorang diakon sebelum terpilih sebagai Paus. Setelah kematian Paus St. Zacharius, terpilihlah seorang Paus baru bernama Stefanus, tetapi sebelum ia diberkati, ia terlebih dahulu meninggal pada tahun 752. Setelah diadakan pemilihan kembali, dan Stefanus terpilih sebagai Paus pada 26 Maret 752. Sejak saat itu terjadi kebingungan dalam penomoran Paus Stefanus, sebelum pada akhirnya pada tahun 1959, Paus terpilih Stefanus tidak dihitung sebagai seorang Paus. Masalah dengan bangsa Lombardia kembali terjadi pada masa Paus Stefanus, setelah bangsa Lombardia dipimpin oleh Raja yang baru, Aistulf. Paus Stefanus tidak dapat meminta perlindungan dari Kekaisaran Byzantium, karena Kekaisaran sendiri memiliki masalah dengan Kekalifahan Abbasid. Paus Stefanus kemudian meminta bantuan kepada bangsa Franks. Ia pergi sendiri menemui Raja Pepin dan memohon bantuan. Paus Stefanus memberkati dan memahkotai Raja Pepin pada 6 Januari 754, dan mengangkatnya sebagai Patrisian. Raja Pepin membantu melindungi kota Roma dari ancaman bangsa Lombardia. Raja Pepin berhasil mengalahkan Raja Aistulf dan merebut kota Ravenna. Raja Pepin kemudian menyerahkan beberapa kota kepada Paus pada tahun 756. Ada yang mengatakan hal ini dilakukan setelah Paus Stefanus meyakinkan Raja Pepin terhadap dokumen Constitutum Constantini, terkait sumbangan Kaisar Konstantin kepada Paus St. Silvester dan Gereja. Dari pemberian ini, munculah yang kemudian dikenal sebagai Negara Kepausan. Pasu Stefanus juga diketahui membantu orang miskin dan mendirikan rumah sakit. Paus Stefanus II meninggal dunia pada 26 April 757 di Roma, Negara Kepausan.


Albertus Soegijapranata


Albertus Soegijapranata, S.J., lahir pada 25 November 1896, di Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Nama kecilnya adalah Soegija. Soegija lahir di sebuah keluarga Kejawen yang merupakan abdi dalem keraton Kasunanan Surakarta. Belajar di Kolese Xaverius yang didirikan oleh Pastor Franciscus Georgius Josephus van Lith, S.J. Ketika bersekolah, Soegija dibaptis di Muntilan oleh Pastor Meltens, S.J., dengan mengambil nama permandian dari St. Albertus Magnus. Dari didikan yang didapat di sinilah kemudian ia berhasrat untuk menjadi imam, kemudian ia dikirim ke Belanda belajar di Gymnasium, yang diasuh oleh Ordo Salib Suci/Ordo Sanctae Crucis (O.S.C.) di Uden, Belanda Utara, di sana ia belajar bahasa Latin dan Yunani. Kemudian beliau masuk Novisiat Serikat Yesus/Jesuits (S.J.) di Mariendaal, Grave. Di sini ia bertemu dengan Pastor Willekens, S.J., yang kelak menjadi Vikaris Apostolik Batavia. Pada 22 September 1922 Soegija mengucapkan kaul pertamanya. Pada 1923-1926 Beliau belajar Filsafat di Kolese Berchman, Oudenbosch. Pada 1926-1928 Kembali ke Muntilan mengajar di Kolese Xaverius Muntilan. Pada Agustus 1928 Soegija kembali ke Belanda belajar Teologi di Maastrich. Pada tanggal 15 Agustus 1931 menerima Sakramen Imamat, ditahbiskan oleh Mgr. Schrijnen, Uskup Roermond di kota Maastrich. Namanya ditambah Pranata sehingga menjadi Soegijapranata. Tahun 1933 Soegijapranata kembali ke Indonesia dan mulai bekerja di Paroki Kidulloji, Yogyakarta, selama satu tahun sebagai pastor pembantu. Tahun 1934 ia dipindahkan ke Paroki Bintaran sampai tahun 1940. Pada 1 Agustus 1940, Mgr. Willekens, S.J., (Vikaris Apostolik Batavia), menerima telegram dari Roma yang berbunyi: "from propaganda fide Semarang erected Vicaris stop, Albert Soegijapranata, SJ appointed Vicar Apostolic titular Bishop danaba stop you may concecrete without bulls" ditanda tangani oleh Cardinal Montini (Paus Pius XII). Soegijapranata menjawab: "Thanks to his holiness begs benediction". Diceritakan pada tanggal 1 Agustus 1940, Pastor Soegija termenung menatap sebuah telegram tentang pengangkatannya sebagai Uskup. Baginya menjadi Uskup itu adalah sebuah salib. Pada 6 November 1940, di gereja Randusari, ia ditahbiskan sebagai Uskup Tituler Danaba, dan merupakan Uskup pribumi Indonesia pertama sebagai Vikaris Apostolik Semarang oleh Mgr. Willekens, S.J. (Vikaris Apostolik Batavia), Mgr. A.J.E. Albers, O.Carm (Vikaris Apostolik Malang) dan Mgr. H.M. Mekkelholt, S.C.J. (Vikaris Apostolik Palembang). Perjuangan Bapa Uskup baru saja dimulai. Pada tahun 1942, Jepang masuk ke Hindia Belanda. Salib berat Uskup Soegijapun mulai dipikul. Semua yang berbau Belanda disita oleh Pemerintah Jepang. Para imam, biarawan-biarawati, dan tenaga-tenaga Gereja ditangkap dan dimasukkan ke interniran. Sekolah-sekolah yang dikelola oleh para imam dan biarawan-biarawati disita, tidak terkecuali seminari menengah. Anak-anak Jawa dipulangkan, para seminaris dititipkan di pastoran-pastoran untuk melanjutkan pendidikan calon imam dalam diaspora (sembunyi-sembunyi). Tinggallah Bapa Uskup bersama beberapa imam Jawa yang merawat iman umat di wilayah Vikariat Semarang. Dalam kondisi yang sulit ini Bapa Uskup tetap berusaha menunjukkan sikap heroiknya terutama ketika gereja Randusari ingin disita oleh tentara Jepang untuk dijadikan Markas tentara, dengan tegas Bapa Uskup menjawab, "Ini adalah tempat yang suci. Saya tidak akan memberi izin. Penggal dahulu kepala saya, maka Tuan baru boleh memakainya.” Pimpinan tentara itu masih mendesak Bapa Uskup untuk segera menyerahkan aset gereja Randusari. Dan beliau masih bisa menjawab tegas,”Gedung Bioskop itu masih cukup luas. Dan tempatnya pasti juga strategis.” Inilah cara Bapa Uskup berdiplomasi. Pada kesempatan lain, gereja Atmodirono juga ingin disita oleh tentara Jepang. Segera Bapa Uskup meminta orang-orang untuk mengisi ruangan-ruangan yang kosong. Karena masih tetap tampak ada ruang yang kosong, segera ia meminta supaya pintu-pintu itu diberi nama Pastor-Pastor supaya semua ruangan terlihat ada penghuninya. Dengan cara-cara seperti inilah Bapa Uskup berhasil untuk menyelamatkan Harta Gereja. Pada tanggal 15-20 Oktober (Pertempuran 5 Hari) Kota Semarang sudah diblokade oleh tentara Jepang karena kemarahan mereka atas penyerangan pemuda-pemuda Semarang sebelum hari-hari mencekam itu. Tidak terkecuali Pastoran Gedangan tempat Bapa Uskup tinggal menjadi incaran tentara-tentara Jepang. Kedatangan tentara sekutu dimanfaatkan oleh Bapa Uskup untuk kembali mengekspresikan keunggulannya dalam berdiplomasi. Bapa Uskup mendesak pimpinan tentara sekutu untuk mengadakan perundingan dengan pimpinan tentara Jepang. Bapa Uskup berhasil mempertemukan dua pimpinan itu di Pastoran Gedangan. Dari Perundingan itu Bapa Uskup juga mendapatkan info dari Pimpinan Tentara Jepang bahwa malam tanggal 20 Oktober itu tentara Jepang akan menjebak pemuda-pemuda Semarang dan menghabisi mereka di daerah Karang Tempel. Bapa Uskup tidak hanya berhasil menyelamatkan pemuda-pemuda pejuang itu, tetapi juga berhasil membuka blokade tentara Jepang atas kota Semarang. Pertempuran itu pun berhasil digagalkan oleh keunggulan diplomasi Bapa Uskup pada kedua pimpinan tentara Jepang dan Inggris. Sejak tahun 1946 pusat pemerintahan Indonesia berpindah ke Yogyakarta. Soekarno dan Hatta memimpin negeri yang baru lahir ini di Yogyakarta, sementara Sutan Syahrir masih menjabat sebagai Perdana Menteri di Jakarta. Didorong oleh keprihatinan terhadap nasib bangsanya, Mgr. Soegijapranata juga memindahkan Vikariatnya ke Yogyakarta dan tinggal di Bintaran. Saat Agresi Belanda I (21 Juli 1947) itu Bapa Uskup ada di Gereja Purbayan Solo dalam rangka menjalani retret pribadi. Suara sirine dimana-mana, jam malam mulai diberlakukan. Terdengar bahwa Belanda sudah menduduki banyak kota, korban-korban berjatuhan. Suasana yang makin genting ini membuat kementrian penerangan mendesak Bapa Uskup untuk membuat pidato diplomasi yang disiarkan melalui Radio RRI Surakarta. Tanggal 1 Agustus 1947, pidato itu dibacakan di RRI Surakarta pada pukul 20.00 malam. Isi pidato itu berujung pada desakan untuk gencatan senjata demi kehormatan kedua belah pihak. Pada kesempatan pidato itu Bapa Uskup juga membacakannya dalam bahasa Indonesia dan bahasa Belanda. Pidato itu juga ditujukan untuk umat Katolik Belanda yang seharusnya berterima kasih dan ikut mendukung gerakan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 1948 kembali Belanda menyerang ibukota Indonesia, yaitu Yogyakarta. Inilah Agresi militer Belanda yang kedua. Kota Yogyakarta diblokade. Soekarno dan Hatta ditangkap. Dalam kondisi sulit ini, Bapa Uskup ikut merawat keluarga Soekarno, bahkan menyembunyikan mereka. Dan dalam rangka perjuangan bangsa, Bapa Uskup juga selalu berkontak di Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Pada masa blokade ini Bapa Uskup juga tetap didatangi imam-imam dan umatnya. Suatu hari Pastor Sandiwan Brata berkunjung dan berpesan agar umat Katolik ikut prihatin dengan situasi bangsa. Maka beliau berpesan supaya Natal tahun ini dirayakan dengan sederhana. Suatu hari beliau juga dikunjungi pemuda-pemuda Katolik. Mereka bertanya, sebagai umat Katolik apakah mereka juga harus ikut berjuang. Pertanyaan itu membuat Bapa Uskup marah. Dengan nada marah Bapa Uskup meminta pemuda-pemuda itu untuk pergi berjuang dan kembali kalau sudah mati. Sementara Bapa Uskup ini sendiri dengan kepiawaiannya berdiplomasi, beliau berhasil menembus blokade Belanda dengan tulisan-tulisannya di majalah Commonwealth untuk pembaca di Amerika Serikat. Tulisan-tulisan ini membuka mata dunia tentang situasi yang terjadi di Indonesia, tentang apa yang dilakukan bangsa Belanda terhadap rakyat Indonesia. Belanda berhasil memblokade Pusat pemerintahan, tetapi gagasan-gagasan dari Bapa Uskup tidak bisa diblokade. Pikiran-pikirannya menembus batas diplomasi yang ikut mewarnai perjuangan bangsa Indonesia untuk sungguh-sungguh merdeka. Belanda pun akhirnya mengakui kedaulatan RI melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) yang ditandatangani tanggal 27 Desember 1949. Setelah itu, Bapa Uskup kembali pindah ke Semarang dan mulailah berkarya sebagai Uskup pada jaman kemerdekaan. Salah satu yang masih menjadi perhatiannya adalah serangan ideologi komunis yang mulai berkembang di Indonesia pada jaman itu dan sudah ia waspadai sejak muda. Pada masa itu Bapa Uskup dengan dibantu Pastor Djikstra mulai bekerja di bidang sosial dan ekonomi. Saat itu mulai dibentuklah serikat-serikat buruh, petani, dan nelayan yang diberi nama Panca Sila. Maka mulailah dikenal Buruh Panca Sila, Petani Panca Sila, dan Nelayan Panca Sila. Pada tahun 1949, Bapa Uskup diangkat sebagai Vikaris Apostolik Militer pertama Indonesia. Seiring berjalannya waktu, hubungan Indonesia dengan Tahta Suci semakin baik, dan akhirnya pada tanggal 3 Januari 1961, seluruh Vikariat Apostolik di Indonesia dinaikan tingkatannya menjadi Keuskupan. Semarang pada saat itu langsung menjadi Keuskupan Metropolitan/Keuskupan Agung. Secara otomatis gelar Bapa Uskup secara resmi menjadi Uskup Agung Semarang. Pada 11 Oktober 1962, Paus St. Yohanes XXIII mengadakan Konsili Vatican II. Bapa Uskup hadir pada sesi pertama (11 Oktober 1962-8 Desember 1962) Dalam kondisi sakit, Bapa Uskup harus banyak melakukan perjalanan ke luar negeri dalam rangka konsili. Dalam perjalanan Konsili dan berobat, beliau singgah di Belanda. Beliau juga punya keinginan mengunjungi keluarga-keluarga missionaris Belanda yang bekerja di Indonesia. Beliau ingin mengucapkan terima kasih kepada mereka. Kelelahan ini tidak dirasakan lagi, sampai pada malam hari pukul 22.20 tanggal 22 Juli 1963 beliau meninggal dunia di negeri Belanda. Berita meninggalnya Bapa Uskup langsung tersebar dan sampai juga ke telinga Soekarno dan atas perintah Presiden Soekarno, ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Giritunggal, Semarang, dalam upacara kemiliteran. Sebagai Uskup Militer yang pertama, ia diberi pangkat Jenderal (Anumerta) dan dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional.


dari berbagai sumber.

Adrianus I

772-795

Paus Adrianus I adalah Paus ke-95 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 772-795. Adrianus lahir sekitar tahun 700 di Roma. Ia adalah putera dari Theodorus, seorang bangsawan. Adrianus kemudian menjadi seorang kardinal. Setelah kematian Paus Stefanus III, Paul Afiata mencoba untuk memuluskan ambisi Raja Desiderius, tetapi para kaum tertahbis memilih Adrianus sebagai Paus pada 1 Februari 772. Paus Adrianus membebaskan para tahanan Paul Afiata dan menangkap Paul Afiata di Rimini. Hubungan Paus Adrianus dengan B. Karolus Agung juga sangat baik terutama ketika Raja Desiderius menyerang dan merebut wilayah Kepausan. B. Karolus mengakhiri kekuasaan bangsa Lomabrdia, dan menyerahkan beberapa wilayah kembali kepada Negara Kepausan. Paus Adrianus juga menjalin hubungan baik dengan Kekaisaran Byzantium. Ia mendukung Ratu Irene dalam melawan ikonoklasme dan mengirimkan delegasi dalam Konsili Nikea II. Paus Adrianus mendukung hasil Konsili Nikea II yang mendukung penghormatan terhadap gambar-gambar suci, dan dalam sinode Frankfurt tahun 794, ia memberikan aturan dalam hal penghormatan kepada gambar-gamabr suci. Paus Adrianus juga menentang ajaran sesat Adopsianisme yang diajarkan Felix, Uskup Urgel, dan mengutuknya. Paus Adrianus mengabulkan keinginan Uskup-Uskup Inggris dan Raja Offa dari Mercia untuk menaikan tingkat Keuskupan Lichfield menjadi Keuskupan Agung. Paus Adrianus juga mendirikan rumah sakit dan membantu orang miskin. Paus Adrianus I meninggal dunia pada 25 Desember 795 di  Roma, Negala Kepausan.


dari sumber http://www.newadvent.org/http://en.wikipedia.org/http://www.nndb.com/http://www.saint-mike.org/,  dan http://saints.sqpn.com/

Bonifasius II

530-532

Paus Bonifasius II adalah Paus ke-55 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 530-532. Bonifasius lahir sekitar tahun 450 di Roma. Ia adalah putera dari Sigibald, dan diyakini memiliki darah Jerman. Selama masa Kepausan St. Felix IV, Bonifasius adalah seorang Diakon Agung. Sebelum kematian Paus St. Felix IV, Paus memberikan palliumnya kepada Bonifasius dan menunjuknya sebagai penggantinya. Paus St. Felix IV juga mengancam kan mengekskomunikasi siapapun yang menolak Bonifasius. Setelah kematian Paus St. Felix IV, beberapa imam menolak Bonifasius dan memilih Dioscorus sebagai Paus tandingan. Bonifasius dan Dioscorus diberkati pada 22 September 530 di Basilika Julius (Paus Bonifasius) dan Basilika Lateran (Anti-Paus Dioscorus). Skisma ini tidak berlangsung lama, karena Anti-Paus Dioscorus meninggal pada 14 Oktober 530. Sebuah sinode diadakan Paus Bonifasius yang mengutuk Dioscorus, tandingannya. Pada tahun 531, sinode kedua memutuskan bahwa Paus Bonifasius berhak menunjuk penerusnya. Paus Bonifasius kemudian menunjuk Diakon Vigilius (Paus Vigilius) sebagai penerusnya. Baik aturan menunjuk seorang penerus dan penunjukan Diakon Vigilius dibatalkan oleh Paus Bonifasius II dengan membakar dokumennya. Paus Bonifasius juga mengakui hasil konsili Orange II yang menutup kontroversi Semipelagianisme. Paus Bonifasius juga menerima permintaan dari para Uskup untuk melakukan reorganisasi Gereja di Afrika, setelah perginya bangsa Vandal yang menganiaya mereka. Dalam hubungan dengan Gereja Timur, Paus Bonifasius juga menghadapi permasalahan terkait yurisdiksi di Illyricum. Sebuah sinode diadakan untuk membahas permasalahan ini. Paus Bonifasius juga banyak beramal kepada orang miskin, khususnya ketika terjadi bencana kelaparan di Roma. Paus Bonifasius II meninggal pada Oktober 532 dan dimakamkan di Basilika St. Petrus pada 17 Oktober 532.


Conon

686-687


Paus Conon adalah Paus ke-83 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 686-687. Tidak diketahui kapan ia dilahirkan dan darimana ia berasal. Conon merupakan putera seorang perwira pasukan Thracesian. Conon memperoleh pendidikan di Sicilia dan ia ditahbiskan sebagai Imam di Roma. Setelah Paus Yohanes V meninggal dunia, terdapat dua kandidat, Imam Agung Petrus yang diusung para klerus, dan Imam Theodore yang diusung para pasukan Roma. Conon muncul sebagai pendamai dan ia terpilih sebagai pengganti Paus Yohanes V dan diberkati pada 21 Oktober 686. Paus Conon menerima misionaris Irlandia, St. Kilian dan rombongannya. Paus Conon menahbiskan St. Kilian menjadi Uskup dan menugaskannya dengan rombongannya untuk berkotbah di Franconia. Paus Conon juga menerima surat Kaisat Yustinus II yang mengatakan akan mematuhi hasil Konsili Konstantinopel II. Kaisar Yustinus juga mengurangi pajak pada beberapa wilayah Kepausan. Sementara itu para petani di Sicilia memberontak terhadap gubernur yang ditunjuk oleh Paus Conon. Paus Conon meninggal pada 21 September 687 di Roma, karena sakit yang berkepanjangan.


Bonifasius V

619-625

Paus Bonifasius V adalah Paus ke-69 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 619-625. Bonifasius lahir di Naples, dan merupakan seorang Neapolitan. Setelah kematian Paus Adeodatus I, Bonifasius terpilih sebagai Paus pada tahun 618, tetapi baru dapat diberkati pada 23 Desember 619, karena menunggu pengakuan Kaisar. Paus Bonifasius membuat aturan mengenai hak-hak tempat kudus. Ia juga mengatur bahwa seorang akolit tidak boleh memindahkan relikui martir tanpa izin, dan untuk para akolit di Basilika Lateran, tidak diperbolehkan menggantikan tugas seorang Diakon dalam melakukan pembaptisan. Paus Bonifasius mengatur para notaris Gereja untuk mematuhi hukum Kekaisaran terkait dengan wasiat. Paus Bonifasius sangat mendukung misi di Inggris. Paus Bonifasius juga mengirimkan surat kepada Raja Edwin dari Northumbria, dan memintanya menjadi seorang Kristen dengan bantuan Putri Ethelberga, istrinya, yang adalah seorang Kristen. Paus Bonifasius V meninggal pada 25 Oktober 625 dan dimakamkan di Basilika St. Petrus.


Yohanes III

561-574

Paus Yohanes III adalah Paus ke-61 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 561-574. Yohanes Catelinus lahir di Roma dari sebuah keluarga yang terpandang. Ia adalah putera dari Anastasius yang memiliki gelas Illustris. Yohanes diberkati sebagai Paus pada 17 Juli 561, karena selama lima bulan menunggu pengakuan dari Kekaisaran. Tidak banyak yang diketahui mengenai Kepausan Yohanes III, karena catatan-catatan yang ada hilang ketika terjadi penyerangan oleh bangsa Lombardia. Paus Yohanes III menerima banding yang diajukan Salonius dari Embrun dan Sagittarius dari Gap, terkait pengutukan dan pencobotan mereka dari Keuskupan mereka oleh sinode Lyon pada tahun 567. Ketika terjadi penyerbuan oleh bangsa Lombardia, Paus Yohanes III memohon kepada Jendral Narses untuk membantunya. Karena Narses tidak terlalu disukai oleh rakyat Roma, maka Paus Yohanes III mulai tidak popular, sehingga ia bersembunyi di pemakaman Praetextatus. Setelah Narses meninggal pada 572, Paus Yohanes III kembali ke Istana Lateran. Paus Yohanes III juga dikenal karena murah hati dan sering membantu orang miskin. Paus Yohanes III meninggal pada 13 Juli 574, dan dimakamkan di Basilika St. Petrus.


Pius III

1503

Paus Pius III adalah Paus ke-215 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 1503. Francesco Todeschini-Piccolomini lahir pada 29 Mei 1439 di Siena, Italia. Ia adalah putera dari Nanno Todeschini dan Laodamia Piccolomini. Ia merupakan keponakan dari Paus Pius II, yang juga merawatnya dan mengizinkan menggunakan nama Piccolomini. Francesco memperoleh pendidikan hukum di Perugia. Pada 6 Februari 1460, ia ditunjuk oleh Paus Pius II sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Agung Siena. Satu bulan kemudian, Francesco diangkat sebagai Kardinal. Berbagai tugas diberikan kepadanya, termasuk sebagai Delegasi Kepausan untuk Ancona, dan kemudian ke Jerman. Ia mengemban tugas sebagai Administrator Apostolik untuk Keukupan Fermo, Pienza, dan Montalcino. Pada masa Kepausan Sixtus IV dan Alexander VI, Francesco dikatakan menjauhi kota Roma. Setelah kematian Paus Alexander VI, Francesco Todeschini-Piccolimini terplih untuk menggantikannya pada 22 September 1503, dan mengambil nama Pius III untuk menghormati pamannya. Pada 30 September 1503, ia ditahbiskan sebagai imam, dan pada 1 Oktober 1503, ia ditahbiskan sebagai Uskup. Secara resmi ia dimahkotai sebagai Paus pada 8 Oktober 1503. Paus Pius memulai reformasi terhadap rumah tangga kepausan. Ia juga memberikan dukungan kepada Cesare Borgia. Paus Pius III meninggal dunia pada 18 Oktober 1503 di Roma, Negara Kepausan.


Yohanes V

685-686

Paus Yohanes V adalah Paus ke-82 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 685-686. Yohanes berasal dari Antiokia, Syria, dan merupakan putera dari Cyriacus. Sebelum menjadi Paus, Yohanes adalah seorang Diakon, dan menjadi perwakilan Paus dalam Konsili Konstantinopel III. Ia kembali ke Roma pada Juli 682 dengan membawa hasil Konsili Konstantinopel III. Yohanes terpilih sebagai Paus menggantikan Paus St. Benediktus II pada 23 Juli 685, dan langsung diberkati tanpa pengakuan pihak Kekaisaran. Paus Yohane meningkatkan hubungan yang mulai membaik dengan Konstantinopel dan Kaisar memberikan pengurangan bahkan penghapusan pajak. Paus Yohanes juga berhasil membawa Keuskupan Sardinia kembali dalam kesatuan dengan Roma. Paus Yohane dikenal karena tenaga, proses belajarnya, dan tidak berlebihan. Ia juga membantu orang-orang miskin. Paus Yohanes meninggal pada 2 Agustus 686 dan dimakamkan di Basilika St. Petrus.



Stefanus IV

816-817

Paus Stefanus IV adalah Paus ke-97 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 816-817. Stefanus lahir pada sekitar tahun 770 di Roma. Ia adalah putera dari Marinus, seorang bangsawan Romawi. Ia juga masih merupakan kerabat dari Paus Sergius II dan Paus Adrianus II. Stefanus belajar dan tumbuh di Istana Lateran. Ia ditahbiskan sebagai subdiakon dan sebagai Diakon oleh Paus St. Leo III. Setelah kematian Paus St. Leo III, Stefanus dipilih sebagai Paus pada sekitar 22 Juni 816. Hal pertama yang ia lakukan adalah mengajar warga kota Roma untuk bersumpah setia kepada Raja Louis yang Saleh, dan memberitahukan kepada Raja tentang pemilihannya. Setelahbmelakukan komunikasi, Paus Stefanus bertemu dengan Raja Louis di Rheims. Paus pergi dikawal oleh Bernard, kerabat Raja Louis. Setelah bertemu, Paus memahkotai Louis dengan mahkota yang ia bawa, dan dikatakan merupakan mahkota Kaisar Konstantin Agung. Paus juga memahkotai Ermengarde dari Hasbeye sebagai permaisuri Kaisar. Paus dan Kaisar memperbaharui perjanjian kerjasama antara bangsa Frank dan Kepausan. Paus Stefanus juga membebaskan para tahanan politik selama masa Kepausan St. Leo III.  Paus Stefanus IV meninggal dunia pada 24 Januari 817 di Roma, Negara Kepausan.


dari sumber http://www.newadvent.org/http://saints.sqpn.com/http://en.wikipedia.org/http://www.nndb.com/http://www2.fiu.edu/http://oxfordindex.oup.com/, dan http://www.catholic.org/

Bonifasius III

607

Paus Bonifasius III adalah Paus ke-66 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 607. Bonifasius lahir sekitar tahun 550 di Roma, dan merupakan putera dari Yohanes Cataadioce. Pada awalnya ia adalah seorang Diakon Gereja pada masa Kepausan St. Gregorius I. Bonifasius dikirim ke Konstantinopel sebagai nunsius pada tahun 603. Bonifasius sangat disukai oleh Kaisar Phocas. Setelah kematian Paus Sabinianus, Bonifasius terpilih sebagai penggantinya, setelah hampir satu tahun Gereja tidak memiliki seorang Paus, dan ia diberkati pada tanggal 19 Februari 607. Pada masa Kepausan Bonifasius III, Kaisat Phocas membuat aturan yang mengakui Takhta St. Petrus sebagai kepala Gereja Katolik, dan gelar Uskup Universal secara khusus adalah milik Uskup Roma. Dalam sebuah sinode di Roma, yang dihadiri tujuhpuluh dua Uskup, Paus Bonifasius mengeluarkan keputusan bahwa pembicaraan mengenai penereus atau pengganti seorang Paus baru dapat dilakukan setelah tiga hari sejak seorang Paus dimakamkan, dan pelanggaran atas hal ini dapat terkena sanksi ekskomunikasi. Paus Bonifasius III meninggal pada 12 November 607, dan dimakamkan di Basilika St. Petrus.


Sabinianus

604-606
Paus Sabinianus adalah Paus ke-65 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 604-606. Sabinianus berasal dari Blera, Italia. Ia merupakan putera dari Bonus. Pada tahun 593, ia dikirim oleh Paus St. Gregorius I sebagai nunsius di Konstantinopel. Hubungannya dengan penguasa setempat tidak terlalu baik, baegitu pula dengan hubungan Paus dan Patriark Konstantinopel, sehingga ia kembali ke Roma pada tahun 597. Setelah kematian Paus St. Gregorius I, Sabinianus terpilih sebagai Paus dan diberkati setelah mendapat pengakuan Kaisar pada 13 September 604. Masalah utama pada masa Kepausannya adalah ancaman penyerangan bangsa Lombardia dan bencana kelaparan. Saat bencana kelaparan, Paus Sabinianaus menjual persediaan jagung yang ada kepada umat. Hal ini membuatnya sangat tidak populer. Paus Sabinianus dikenal karena mengembalikan posisi klerus sekuler, yang oleh Paus St. Gregorius I diisi oleh para biarawan. Paus Sabinianus meninggal pada 22 Februari 606, dan dimakamkan di Basilika St. Petrus.


Sisinnius

708

Paus Sisinnius adalah Paus ke-87 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 708. Sisinnius berasal dari Syria, dan merupakan putera dari Yohanes. Setelah kematian Paus Yohanes VII, Sisinnius terpilih sebagai Paus dan diberkati pada 15 Januari 708. Paus Sisinnius memerintahkan untuk memperbaiki tembok kota Roma dengan kapur. Paus Sisinnius juga menahbiskan Uskup Corsica. Paus Sisinnius menderita encok yang membuatnya tidak dapat makan sendiri. Paus Sisinnius meninggal pada 4 Februari 708 dan dimakamkan di Basilika St. Petrus.


Konstantin

708-715


Paus Konstantin adalah Paus ke-88 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 708-715. Konstantin berasal dari Syria dan merupakan putera dari Yohanes. Konstantin diyakini menjadi utusan Paus pada Konsili Konstantinopel III. Konstantin terpilih menjadi Paus menggantikan Paus Sisinnius pada 25 Maret 708. Pada masa awal Kepausannya, wabah kelaparan melanda Roma. Kemudian terjadi masalah dengan Uskup Agung Ravenna, Felix, yang menahbiskan dirinya sendiri dan menolak untuk taat. Selain itu Paus Konstantin juga menerima dua raja Inggris, Coenred dari Mercia dan Offa dari Saxon Timur, dan didampingi oleh St. Egwin, Uskup Worcester. Pada tahun 709, Paus Konstantin pergi ke Konstantinopel bersama beberapa Uskup dan klerus, diantaranya adalah St. Benediktus II. Di Konstantinopel, Paus Konstantin disambut baik oleh Kaisar Yustinus II, walaupun masalah terkait hasil konsili Quinisext masih terus terjadi. Paus Konstatin diyakini menerima sebagian hasil konsili yang tidak bertentangan dengan iman Gereja Barat. Paus Konstantin kembali ke Roma pada Oktober 711. Tidak lama kemudian, Kaisar Yustinus diturunkan oleh Philippicus Bardanes, yang menganut Monotelitisme. Philippicus ingin mengembalikan Monotelitisme, menolak hasil Konsili Konstantinopel III dan mengirimkan surat kepada Paus Konstantin. Melalui sebuah sinode, Philippicus dikutuk atas tindakannya. Paus Konstantin juga menolak mata uang bergambarkan Philippicus, dan menolak mendoakannya dalam Doa Syukur Agung. Tidak lama kemudian Philippicus diturunkan oleh Anastasius II yang memiliki iman Kristen yang benar. Paus Konstantin juga menerima pengakuan Paulus, Patriark Konstantinopel, sebagai pemimpin para imam Kristen. Paus Konstantin juga menerima kunjungan Benediktus, Uskup Agung Milan, yang meminta agar Keuskupannya bertanggung jawab langsung pada Paus. Paus Konstantin meninggal pada 9 April 715 di Roma.


Pelagius II

579-590

Paus Pelagius II adalah Paus ke-63 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 579-590. Pelagius berasal dari Roma, dan diyakini merupakan keturunan bangsa Gothic, karena ayahnya bernama Winigild. Tidak ada yang diketahui mengenai kehidupan Pelagius sebelum menjad Paus. Pelagius terpilih sebagai Paus menggantikan Paus Benediktus I, tetapi baru diberkati empat bulan kemudian, karena menunggu pengakuan dari Kakaisaran Romawi, pada 26 November 579. Paus Pelagius berusaha meminta bantuan Kaisar Maurice untuk menghadapi bangsa Lombardia. Paus Pelagius mengirim St. Gregorius I sebagai nuncio di Konstantinopel. Bantuan Kaisar sangat kecil, sehingga Paus Pelagius mencari bantuan dari bansa Frank, dengan bantuan Aunacharius, Uskup Auxerre. Hal ini gagal, karena bangsa Lombardia menyuap bangsa Frank dengan uang. Walalupun demikian, kesepakatan gencatan senjata berhasil didapatkan dengan bangsa Lomabardia. Paus Pelagius menarik St. Gregorius I dari Konstantinopel, untuk membatunya mengakhiri skisma Istria. Usaha Paus Pelagius belum berhasil. Paus Pelagius kemudian membuat mempromosikan aturan hidup selibat bagi para klerus yang oleh St. Gregorius I dianggap terlalu ketat. Paus Pelagius juga melancarkan protes terhadap gelar “Patriark Ekumenis” bagi Patriark Konstantinopel. Paus Pelagius juga membangun kembali gereja St. Laurensius. Paus Pelagius mengubah rumahnya menjadi sebuah rumah sakit bagi orang-orang miskin. Diakhir masa kepausannya, wabah penyakit menyerang kota Roma. Paus Pelagius menjadi korban dari wabah ini dan meninggal pada 7 Februari 590, dan dimakamkan di Basilika St. Petrus.


St. Hilarius

28 Februari

Paus Hilarius adalah Paus ke-46 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 461-468. Hilarius lahir di Sardinia. Ia diketahui menjadi seorang Diakon Agung pada masa Kepausan Paus St. Leo I, dan juga menjadi utusan Paus bersama dengan Julius, Uskup Puteoli, dalam konsili di Efesus pada tahun 449, yang juga dikenal sebagai konsili para penyamun. Dalam konsili itu, para pendukung ajaran sesat Monophisitisme, menyerang utusan Kepausan dan pada saat itu Hilarius berhasil menyelamatkan diri. Paus St. Leo I juga sering memberikannya pekerjaan. Setelah kematian Paus St. Leo I, Hilarius ditunjuk sebagai Paus untuk menggantikannya. Ia ditahbiskan pada 19 November 461. Pada masa awal Kepausannya, Paus Hilarius membenahi konflik yang terjadi di Galia dan Spanyol. Ia mengadakan sebuah sinode di Roma pada 19 November 462, yang juga membahas tentang masalah ini. Setelah masalah ini selesai, Paus Hilarius dihadapkan dengan masalah yang mirip pada tahun 463, kali ini karena pengangkatan seorang Uskup Die yang dilakukan oleh Uskup Viena, sementara Keuskupan Die adalah bagian dari Keuskupan Metroplitan Arles. Sebuah sinode kembali diadakan untuk menyelesaikan masalah ini dan Paus Hilarius menerbitkan sebuah edikta pada tanggal 25 Februari 464 yang mengatur peyelesaian masalah ini. Sebuah sinode diadakan kembali pada 19 November 465 untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada. Paus Hilarius juga mendirikan beberapa gereja dan bangunan di Roma. Ia mendirikan dua oratori di Lateran yang dipersembahkan kepada St. Yohanes Pembaptis dan St. Yohanes Rasul. Ia juga mendirikan sebuah kapel Salib Suci, sebuah biara, dua pemandian umum, dan sebuah perpustakaan di dekat gereja St. Laurensius. Ia kemudian mendirikan sebuah biara lagi di dekat tembok kota. Paus Hilarius meninggal pada 28 Februari 468 di Roma. Ia dimakamkan di gereja St. Laurensius.


dari sumber http://saints.sqpn.com/http://www.catholic.org/http://www.imankatolik.or.id/http://www.indocell.net/yesaya/, dan http://www.newadvent.org/

Minggu Prapaskah I

Tahun B

Sekali peristiwa Roh memimpin Yesus ke padang gurun. Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dan dicobai oleh Iblis. Yesus berada di sana di antara binatang-binatang liar, dan malaikat-malaikat melayani Dia. Sesudah Yohanes Pembaptis ditangkap, datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah. Yesus memberitakan, "Waktunya telah genap. Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!"


B. Didakus Carvalho

Didakus Carvalho lahir sekitar tahun 1578 di Coimbra, Portugal. Ia terpanggil untuk menjadi seorang misionaris Yesuit ketika berusia enambelas tahun. Ia bergabung dengan Yesuit sebagai pelajar, dan secara sukarela mengajukan diri untuk dikirim dalam misi ke India. Pada tahun 1600, ia mendarat di Goa, India. Ia ditahbiskan sebagai Imam antara di India dan di Makau, sebelum akhirnya pada tahun 1609 ia dikirim ke Jepang bersama beberapa imam lainnya. Pada tahun 1613 terjadi penganiayaan umat Kristen dan pada tahun 1614 ia dideportasi ke Makau dan berkarya sesaat di Vietnam selatan, sebelum kembali lagi ke Jepang. Didakus berkarya dibagian utara yang agak jauh dari pusat pemerintahan, tetapi pada tahun 1622, pemerintah provinsi setempat merasakan tekanan dari karya yang dilakukan Didakus dan memutuskan untuk melakukan penganiayaan. Didakus dan umat Kristen mengungsi sampai desa Orose pada tahun 1623, tetapi keberadaan mereka diketahui dan mereka semua ditangkap pada Februari 1624. Mereka dibawa ke Sendai dan disiksa  dengan cara ditenggelamkan pada sebuah kolam yang hampir membeku. Setelah disiksa selama hampir duabelas jam, Didakus Carvalho S.J., bersama sekitar 60 umat Kristen meninggal sebagai martir Kristus. Ia dibeatifikasi pada 7 Mei 1867 oleh Paus B. Pius IX.


dari sumber http://catholicdaily.net/http://www.imankatolik.or.id/http://saints.sqpn.com/, dan http://www.catholic.org/

St. Alexander dari Alexandria

26 Februari

Alexander diperkirakan lahir sekitar tahun 250 dan kemungkinan di Alexandria Mesir. Tidak terlalu banyak yang diketahui mengenai masa lalunya sebelum menjadi Patriark Alexandria. Ketika menjadi Imam, ia harus melewati penganiayaan berdarah dari Kaisar Galerius, Maximus, dan lainnya. Ketika menjadi Patriark pada tahun 313 menggantikan Achillas, ia harus menghadapi ajaran sesat Arianisme yang sedang berkembang di Alexandria. Pada awalnya Alexander memberikan toleransi kepada ajaran sesat ini, dan membuat sebagian klerus marah. Hal ini berubah pada tahun 321, ketika Alexander mengutuk ajaran ini dan mengekskomunikasi Arius. Keputusannya didukung oleh Konsili Nikea, dimana Alexander menjadi tokoh kuncinya. Sebelum meninggal, Alexander menunjuk St. Athanasius sebagai penggantinya. Alexander meninggal pada sekitar Februari 326 di Alexandria.


dari sumber http://www.catholic.org/http://saints.sqpn.com/http://www.imankatolik.or.id/, dan http://www.newadvent.org/

St. Felix III

25 Februari

Paus Felix III adalah Paus ke-48 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 483-492. Felix diperkirakan lahir di Roma dari keluarga senatorial. Ia sempat menikah dan memiliki dua orang anak, dimana keturunannya adalah Paus St. Gregorius Agung. Felix terpilih menjadi Paus menggantikan Paus St. Simplicius pada tahun 483, dan pada saat itu isterinya sudah meninggal dunia. Pada masa Kepausannya, Paus Felix harus mengahadapi ajaran sesat Monophysitisme, dimana Paus Felix mengekskomunikasi Uskup-Uskup yang terpengaruh, termasuk Peter Mongus, Patriark Alexandria, dan Acacius, Patriark Konstantinopel, yang membuat skisma Gereja Barat dan Timur, setidaknya sampai tahun 518, dan skisma ini dikenal dengan Skisma Acacian. Terhadap para penganut Arianisme di Afrika, Paus Felix melalui sebuah sinode pada tahun 487 mengeluarkan aturan untuk dapat menerima mereka kembali ke dalam pangkuan Gereja. Dalam aturan ini, umat awam penganut Arianisme dapat diterima kembali jika mereka melakukan pertobatan yang sungguh-sungguh, sementara untuk klerus, mereka hanya dapat diterima kembali ketika mereka sudah mendekati kematian. Paus Felix III meninggal pada tahun 492 di Roma, Italia.


dari sumber http://www.catholic.org/http://en.wikipedia.org/http://saints.sqpn.com/http://www.newadvent.org/, dan http://www.imankatolik.or.id/

Kalender Orang Kudus