Sto. Hieronimus

30 September

Eusebius Hieronimus Sophronius lahir pada tahun 342 di Stridon, Dalmatia. Ada yang mengatakan bahwa ia merupakan putera dari keluarga Pagan, dan ada juga yang mengatakan ia putera dari keluarga Kristen. Ayahnya mengirimnya ke Roma, dan ia belajar hukum. Ia kemudian dibaptis oleh Paus Liberius pada sekitar tahun 360. Setelah tiga tahun berada di Roma, Hieronimus kembali ke rumahnya. Kemudian ia pergi ke Aquileia bersama Bonosus, temannya. Dari Aquileia, Hieronimus memulai perjalanan menuju timur, sampai ia tiba di Antiokia. Di Antiokia, ia belajar dari Apollinaris dari Laodicea, yang pada saat itu belum mengajarkan ajaran sesat. Hieronimus kemudian pergi ke gurun di Chalcis dan bertapa bersama kawan-kawannya. Selama empat tahun, Hieronimus bertahan dan melatih penyangkalan diri. Hieronimus juga mempelajari kebudayaan orang Ibrani. Pada tahun 380, Hieronimus pergi ke Konstantinopel dan belajar Kitab Suci dari Sto. Gregorius dari Nazianze. Oleh Paulinus dari Antiokia, Hieronimus ditahbiskan menjadi seorang imam. Dua tahun kemudian ia kembali ke Roma bersama dengan Paulinus dari Antiokia, untuk menghadiri sebuah konsili yang diadakan Paus Sto. Damasus, untuk menyelesaikan masalah skisma Antiokia. Hieronimus bertugas sebagai sekretaris dalam konsili itu, dan Paus Sto. Damasus kemudian menunjuknya sebagai sekretaris pribadinya setelah konsili itu berakhir. Paus St. Damasus kemudian memberikan sebuah tugas kepada Hieronimus, untuk merevisi Kitab-Kitab Perjanjian Baru bahasa Latin, dari bahasa aslinya, Yunani, dan juga Kitab Mazmur Latin. Ketika muncul ajaran sesat yang dikeluarkan oleh Helvidius, Hieronimus menuliskan buku mengenai keperwanan Maria. Hieronimus juga membentuk kelompok Kristen bersama beberapa wanita bangsawan Roma. Diantara mereka adalah Sta. Albina, Sta. Marcella, Sta. Asella, Sta. Melania tua, Sta. Paula, Sta. Eustakia, dan Sta. Blesilla. Setelah kematian Paus Sto. Damasus, hubungan Hieronimus dengan penggantinya kurang baik. Hieronimus juga tidak disukai oleh para penganut Paganisme dan orang-orang Kristen yang sangat toleran kepada mereka. Hieronimus kemudian memutuskan pergi meninggalkan Roma pada Agustus 385 menuju Tanah Suci. Di Tanah Suci, ia bergabung kembali dengan Sta. Paula dan Sta. Eustakia. Hieronimus mendirikan sebuah biara didekat Basilika Nativity di Bethlehem, dan penginapan bagi para peziarah. Hieronimus kembali menuliskan buku, kali ini untuk mengahadapi ajaran sesat yang diajarkan Jovinian. Hieronimus memberikan pembelaan terhadap ajaran Vigilantius, dan juga tentang penghormatan kepada relikui orang kudus. Ia juga menentang ajaran sesat Pelagianisme. Pada tahun 395-400, Hieronimus memberikan perlawanan terhadap ajaran sesat Origenisme. Hieronimus kemudian menerjemahkan Perjanjian Lama dari bahasa aslinya, Ibrani. Kitab Tobit dan Tambahan Kitab Daniel yang ditulis dalam bahasa Chaldaic tetap ia terjemahkan, walaupun ia sedikit mengalami kesulitan. Kitab Suci bahasa Latin yang diterjemahkan oleh Hieronimus dikenal dengan nama Vulgata dan sampai hari ini masih digunakan. Pukulan besar kepada Hieronimus terjadi ketika Sta. Paula meninggal dunia dan ketika ia mendengar kota Roma diserang oleh Alaric, Raja Gothic. Tidak lama setelah kematian Sta. Eustakia, Hieronimus meninggal dunia pada 30 September 420 di Bethlehem. Hieronimus dimakamkan di Basilika Nativity, Bethlehem dan pada abad ke-13 dipindahkan ke Basilika St. Maria Maggiore, Roma. Pada tahun 1295, ia dinyatakan sebagai Pujangga Gereja oleh Paus Bonifasius VIII.


Minggu Biasa XXVI

Tahun C

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, “Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dari kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok. Ia berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilati boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Sementara menderita sengsara di alam maut, ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, ‘Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini’. Tetapi Abraham berkata, ‘Anakku, ingatlah! Engkau telah menerima segala yang baik semasa hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat penghiburan dan engkau sangat menderita. Selain daripada itu, di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, sehingga mereka yang mau pergi dari sini kepadamu atau pun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang!’ Kata orang itu, ‘Kalau demikian, aku minta kepadamu, Bapa, supaya Engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingatkan mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka kelak jangan masuk ke dalam tempat penderitaan ini’. Tetapi kata Abraham, ‘Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu!’ Jawab orang itu, ‘Tidak, Bapa Abraham! Tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat’. Kata Abraham kepadanya, ‘Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.”
 
 

Sto. Mikael

29 September

Mikael adalah Malaikat Agung, memiliki arti, 'Siapa dapat menyamai Tuhan?'. Kisah Sto. Mikael dapat ditemukan dalam Kitab Daniel, Wahyu Kepada Yohanes, dan Surat Yudas. Gereja menghormati Sto. Mikael sebagai pelindung, pembela Gereja dalam penganiayaan, godaan dan perpecahan. Umat Kristen mendirikan banyak gereja di atas bukit dan gunung dengan nama Sto. Mikael. Banyak kerajaan, kota dan umat mempercayakan perlindungan kepada Sto. Mikael yang setia kepada Tuhan. Penghormatan kepada Sto. Mikael semakin besar setelah penampakannya di atas Gunung Gargano, Italia pada abad ke-5. Di atas gunung Gargano kemudian didirikan sebuah gereja megah untuk menghormati Sto. Mikael. Selain itu dikisahkan juga bahwa sewaktu Roma terserang wabah, Paus Sto. Gregorius melihat malaikat agung Sto. Mikael tengah menghunus pedangnya di atas makam Kaisar Hadrian, yang sekarang tempat itu disebut Castel Sant'Angelo. Dalam tradisi Gereja Katolik, Sto. Mikael dikenal memiliki empat tugas penting. Pertama, terus melanjutkan pertempurannya melawan setan dan para malaikat yang memberontak lainnya; kedua, menyelamatkan jiwa-jiwa kaum beriman dari kuasa setan, teristimewa pada saat ajal; ketiga, melindungi umat Allah, baik bangsa Yahudi dari Perjanjian Lama maupun umat Kristiani dari Perjanjian Baru; dan, keempat, mengantar jiwa-jiwa orang yang meninggalkan dunia ini dan membawa mereka ke hadapan Tuhan. Sto. Mikael membawa kita ke pengadilan khusus dan pada akhir zaman ke pengadilan terakhir. Doa Sto. Mikael sering digunakan untuk mendoakan orang yang terindikasi kerasukan setan.


Sto. Gabriel

29 September


Gabriel adalah Malaikat Agung, memiliki arti Kekuatan Allah. Sto. Gabriel dikenal sebagai pembawa pesan atau kabar gembira dari Tuhan untuk manusia. Kisah Sto. Gabriel dapat ditemukan dalam Kitab Daniel dan Injil Lukas. Tradisi Kristen meyakini bahwa Sto. Gabriel adalah malaikat yang menampakan diri kepada Sto. Yosef. Sto. Gabriel juga dipercaya sebagai malaikat yang muncul dihadapan para gembala pada saat hari kelahiran Tuhan. Sto. Gabriel juga diyakini yang menguatkan Tuhan Yesus ketika berada di taman. Peran Sto. Gabriel, sebagai utusan Allah untuk menyampaikan kepada manusia berita keselamatan dari Allah, dan memberi penerangan ilahi kepada manusia sehingga terbukalah budi dan hati manusia untuk memahami dan meyakini kehendak Allah.


dari sumber:
http://www.imankatolik.or.id/
http://www.newadvent.com/
http://www.catholicculture.org/

Sto. Rafael

29 September

Rafael adalah Malaikat Agung, memiliki arti 'Tabib Allah' atau 'Tuhan Menyembuhkan'. Kisah Sto. Rafael sendiri dapat ditemukan pada Kitab Tobit. Dikisahkan, Sto. Rafael menjelma menjadi manusia untuk menemani dan membimbing perjalanan Tobia. Dalam perjalanannya, Sto. Rafael memberikan banyak petunjuk kepada Tobia untuk menangkal setan dan menyembuhkan penyakit. Umat Kristen menghormati Sto. Rafael sebagai tabib Allah yang diutus untuk menyembuhkan manusia dari penyakit, menguatkan kelemahan jiwanya, dan membebaskan manusia dari perhambaan setan, seperti tergambarkan dalam Kitab Tobit.



dari sumber:
www.imankatolik.or.id
www.newadvent.com
www.catholicculture.org

St. Mikael, Gabriel, dan Rafael

Tahun A

Pada waktu itu Natanael datang kepada Yesus atas ajakan Filipus. Tatkala melihat Natanael datang, Yesus berkata tentang dia, "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Kata Natanael kepada Yesus, "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya, "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya, "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Yesus menjawab, kata-Nya "Karena Aku berkata kepadamu: "Aku melihat engkau di bawah pohon ara", maka engkau percaya? Hal-hal yang lebih besar daripada itu akan kaulihat." Lalu kata Yesus kepadanya, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka, dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."


dari sumber http://renunganpagi.blogspot.com/ 

Sto. Yakobus Kyushei Tomonaga

28 September

Jacobo Kyushei Gorobioye Tomonaga de Santa Maria lahir pada sekitar tahun 1582 di Kyudetsu, Jepang. Ia adalah putera sebuak keluarga bangsawan Kristen di Kyudetsu. Yakobus memperoleh pendidikan pada kolose Yesuit di Nagasaki/ Semasa muda, Yakobus aktif sebagai katekis, tetapi ia kemudian diusir dari Jepang pada tahun 1614 karena aktivitasnya sebagai katekis. Yakobus pergi ke Filipina dan ia bergabung dengan Ordo Pengkotbah. Yakobus ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1626 dan mulai berkotbah di Filipina dan Taiwan. Pada tahun 1632, Yakobus kembali ke Jepang walaupun ia mengetahui bahaya yang menantinya. Di Jepang ia berkarya bersama Sto. Miguel Kurobioye, seorang katekis. Pada Juli 1633, Yakobus ditangkap setelah sebelumnya Sto. Miguel Kurobioye tertangkap dan setelah disiksa memberitahu keberadaan Yakobus. Yakobus disiksa dan dibunuh karena menyebarkan iman Kristen. Yakobus Kyushei Tomonaga, O.P., meninggal dunia pada 17 Agustus 1633 di Nagasaki, Jepang. Pada 18 Februari 1981, ia dibeatifikasi, dan pada 18 Oktober 1987, ia dikanonisasi oleh Paus Paus Sto. Yohanes Paulus II.


Bto. Inosensius dari Bertio

28 September

Giovanni Scalvinoni lahir pada 19 Maret 1844 di Niardo, Bresia, Italia. Ia adalah putera dari Frances Poli dan Peter Scalvinoni, yang berasal dari Berzo. Ayahnya meninggal ketika ia masih berusia beberapa bulan. Giovanni dikirim untuk belajar di kolose Lovere di Bergamo. Pada tahun 1861, Giovanni masuk seminari di Brescia dan pada tahun 1867, ia ditahbiskan sebagai imam diosesan. Giovanni sempat menjadi rektor seminari dan pastor paroki di Berzo. Ia dikenal karena homili, dan bimbingan spiritualnya. Pada tahun 1874, Giovanni bergabung dengan Ordo Fransiskan Kapusin di Provinsi Lombardia. Ia memperoleh nama baru, Innosensius dari Berzo. Ia sempat menjadi asisten kapala novis. Inosensius memiliki devosi yang besar terhadap Sakramen Mahakudus, dan mampu berdoa dalam waktu yang lama dihadapan Sakramen Mahakudus. Kerendahan hati dan kekudusannya membuat kehidupannya semakit tersembunyi dari orang banyak. Pada tahun 1889, Inosensius dipilih sebagai pembimbing retreat dan jatuh sakit. Inosensius dari Bertio, O.F.M.Cap., meninggal dunia pada 3 Maret 1890 di Begamo, Italia. Pada 12 Maret 1961, ia dibeatifikasi oleh Paus Sto. Yohanes XXIII.


dari sumber http://saints.sqpn.com/, http://www.capuchin.org/, http://www.capuchinfriars.org.au/, dan http://www.capuchin.or.kr/

Sto. Dominikus Ibanez

28 September


Domingo Ibanez de Erquicia lahir pada sekitar Februari 1589 di Regil, Guipuzcoa, Spanyol. Ketika berusia enambelas tahun, Dominikus bergabung dengan Ordo Pengkotbah atau Dominikan di San Sebastian. Satu tahun sebelum ditahbiskan sebagai imam, ia pindah biara ke provinsi St. Maria Rosario di Sevilla, karena merasa terpanggil untuk menjadi misionaris di Filipina, Jepang, dan China. Ia diberangkatkan menuju Filipina melalui Meksiko. Dominikus ditahbiskan sebagai imam di Filipina dan ditugaskan di Pangasinan. Selama empat tahun ia membaptis sekitar 10.000 anak. Setelah itu Dominikus ditugaskan di Binondo, Manila. Ia juga mengajar di Universitas St. Tomas. Ketika situasi misi di Jepang dalam masalah, Dominikus diutus oleh superiornya untuk pergi ke Jepang. Dominikus tiba di Nagasaki pada 14 Oktober 1623, dan berkarya ditengah bahaya selama sepuluh tahun. Ia berperan penting dalam posisinya sebagai Vikaris Provinsial misi. Pada tahun 1633, Dominikus ditangkap bersama dengan katekisnya, Sto. Francis Shoyemon, setelah dikhianati oleh seorang Kristen yang berapostasi. Setelah dipenjara di Nagoya, Dominikus dibawa ke Nagasaki dan disiksa untuk menyangkal imannya, tetapi Dominikus tetap bertahan pada imannya. Dominikus Ibanez, O.P., meninggal dunia pada 13 Agustus 1633 di Nagasaki, Jepang. Pada 18 Februari 1981, ia dibeatifikasi, dan pada 18 Oktober 1987, ia dikanonisasi oleh Paus Sto. Yohanes Paulus II.


dari sumber http://www.op-stjoseph.org/http://en.wikipedia.org/http://saints.sqpn.com/, dan http://www.vatican.va/

Sto. Laurensius Ruiz

28 September

Laurensius Ruiz lahir pada sekitar tahun 1600 di Binondo, Manila, Filipina. Ia adalah putera dari seorang keturunan China dan Filipina. Sejak kecil ia memperoleh pendidikan dari para Dominikan, dan juga bertugas sebagai putera altar. Ketika dewasa, ia bergabung dengan Cofradia del Santissimo Rosario atau Persaudaraan Rosario Suci. Laurensius kemudian menikah dengan Rosario dan memiliki dua orang putera dan satu orang puteri. Pada suatu ketika, ia dituduh membunuh seorang Spanyol. Dengan bantuan seorang imam Dominikan. Ia menaiki sebuah kapal yang hendak menuju Jepang, bersama dengan Sto. Antonio Gonzales, Sto. Guillermo Courtet, Sto. Miguel de Aozaraza, Sto. Vicente Shiwozuka de la Cruz, dan Sto. Lazaro dari Kyoto. Meskipun dapat turun di Pulau Formosa, Laurensius memilih ikut besama para misionaris ke Okinawa, Jepang. Tidak lama kemudian, keberadaan mereka semua diketahui dan mereka ditangkap. Mereka disiksa dengan sangat keras agar menyangkal iman mereka, tetapi tidak satu siksaanpun yang berhasil mengalahkan iman mereka. Pada 27 September 1637, Laurensius dibawa ke Nagasaki dan menerima siksaan terakhirnya, yaitu digantung secara terbalik. Laurensius Ruiz meninggal dunia pada 29 September 1637 di Nagasaki, Jepang. Pada 18 Februari 1981, ia dibeatifikasi oleh Paus Sto. Yohanes Paulus II dan pada 18 Oktober 1987, ia dikanonisasi oleh Paus yang sama.


dari sumber:
http://www.stlorenzoruiz.com/
http://www.vatican.va/
http://saints.sqpn.com/
http://www.catholic.org/
http://en.wikipedia.org/

Sto. Wenseslaus

28 September

Wenseslaus lahir pada sekitar tahun 907 di Praha, Bohemia. Ia adalah putera dari Wratislaw dan Dragomira. Wenseslaus adalah cucu dari Sta. Ludmila, dan sejak kecil sudah dididik oleh Sta. Ludmila. Setelah ayahnya meninggal dunia dalam sebuah kekacauan antara umat Kristen dan Paganisme, ibunya menggantikan posisi ayahnya. Setelah Sta. Ludmila juga dibunuh, Wenseslaus naik takhta menggantikan ibunya setelah terjadi sebuah kudeta. Iman Kristennya ia tunjukan dengan membantu orang miskin, para janda, dan anak-anak yatim-piatu. Ia juga sering menghadiri pemakaman orang miskin, membebaskan tawanan perang, dan mengunjungi penjara. Karena persaingan politik yang berakar dari perselisihan Kristen dan Paganisme, Wenseslaus dibunuh oleh saudaranya, Boleslaw, yang memihak Paganisme, seperti ibunya. Wenseslaus meninggal dunia pada 28 September 929 di pintu gereja di Bohemia.


Sto. Vinsensius a Paulo

27 September

Vincent de Paul lahir pada 24 April 1581 di Pouy, Dax, Perancis. Ia adalah putera dari Jean de Paul dan Bertrande de Moras, yang merupakan keluarga petani. Ketika kecil, Vinsensius belajar dari para Fransiskan di Dax. Vinsensius berupaya untuk melanjutkan pendidikannya tanpa membebani orangtuanya. Ia masuk seminari dan melanjutkan pendidikan teologi di Universitas Toulouse. Pada tahun 1600, Vinsensius ditahbiskan menjadi imam. Dalam perjalanan dari Marseilles menuju Narbonne pada tahun 1605, Vinsensius tertangkap bajak laut Turki dan dijual sebagai budak di Tunis. Pada tahun 1607, Vinsensius berhasil meloloskan diri setelah mempertobatkan tuannya. Ia kembali ke Perancis lalu pergi ke Roma. Pada tahun 1609, ia kembali ke Perancis dan ditugaskan pada keluarga Raja Henry IV. Pada tahun 1612 Vinsensius menjadi pastor paroki di Clichy sebelum berkarya pada keluarga Gondi. Pada tahun 1617, Vinsensius mulai menyerukan pertobatan dan membantu para petani, orang miskin, dan para tahanan. Banyak imam kemudian mengikuti teladan Vinsensius dan pada 17 April 1625, ia mendirikan Kongregasi Misi/ Congregatio Missionis (C.M.) atau yang dikenal juga dengan Lazarists. Vinsensius bersama dengan Sta. Louisa de Marillac kemudian medirikan Serikat Puteri Kasih dari St. Vinsensius a Paulo/ Societas Filiarum Caritatis a S. Vincentio de Paulo pada tahun 1633. Vinsensius selalu bekerja tanpa mengenal lelah. Vinsensius a Paulo, C.M., meninggal dunia pada 27 September 1660 di biara St. Lazarus di Paris, Perancis. Pada tahun 1729, ia dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XIII, dan pada tahun 1737, ia dikanonisasi oleh Paus Klemens XII.


Bta. Delfina

26 September

Delphine Glandieves lahir pada sekitar tahun 1284 di Provence, Perancis. Ia adalah puteri dari keluarga bangsawan Puimichel. Sejak masih kecil, Delfina kehilangan kedua orangtuanya dan diasuh oleh bibinya, abdis biara St. Catherine di Sorbo. Ketika berusia enambelas tahun, ia menikah dengan Sto. Elzear. Keduanya mempraktekan hidup dengan mempertahankan keperawanan mereka. Keduanya bergabung dengan Ordo Ketiga St. Fransiskus. Ketika Sto. Elzear bertugas di istana Kerajaan Naples, Delfina ikut bersamanya dan bersahabat dengan Ratu Sanchia. Setelah kematian Sto. Elzear, Delfina terus tinggal di istana Naples mendapingi Ratu Sanchia. Ketika Raja Robert, suami Ratu Sanchia meninggal dunia, Ratu memilih menjadi biarawati Klaris, dan Delfina ikut menemaninya sampai kematian Ratu Sanchia. Delfina menjual semua hartanya dan membagikannya kepada orang miskin. Setelah itu ia pergi mengasingkan diri dari Naples ke Cabrieres, kemudian ke Apt, dimana Sto. Elzear dimakamkan. Delfina meninggal dunia pada 26 November 1360 di Apt, Perancis. Pada tahun 1694, ia dibeatifikasi oleh Paus Innosensius XII.


Sto. Elzear

26 September

Elzear dari Sabran lahir pada tahun 1285 di kastil Saint-Jean de Robians, Provence, Perancis. Ia adalah putera keluarga bangsawan Sabran, dan pangeran Ariano. Elzear memperoleh pendidikan dari pamannya, William dari Sabran, abbas biara St. Victor di Marseilles, Perancis. Ketika berusia enambelas tahun, Elzeat menikahi Bta. Delfina Glandieves, yang juga dikisahkan atas permintaan Charles II dari Naples. Elzear mengikuti cara hidup Bta. Delfina yang tetap mempertahankan keperawanan mereka. Ketika berusia duapuluh tiga tahun, Elzear mewarisi tugas-tugas ayahnya. Elzear benayk membantu orang-orang miskin dan sakit di sekitarnya. Bersama Bta. Delfina, mereka bergabung dengan Ordo Ketiga St. Fransiskus. Elzear juga dikisahkan beberapa kali menyembuhkan orang-orang yang sakit Lepra. Elzear kemudian betugas di istana Raja Robert dari Naples, sebagai pengajar bagi Charles, putera Robert. Elzear kemudian mendapat tigas sebagai duta besar untuk menjodohkan Charles dengan Marie dari Valois. Dalam melaksanakan tugasnya, Elzear jatuh sakit. Elzear meninggal dunia pada 27 September 1323 di Paris, Perancis. Pada tahun 1369, ia dikanonisasi oleh putera baptisnya, Paus Urbanus V.


Bto. Gaspar Stanggassinger

26 September

Gaspar Stanggassinger lahir pada 1871 di Berchtesgaden, Jerman. Ia adalah putera seorang peternak, anak ke-dua dari 16 bersaudara. Sejak muda ia sudah memiliki keinginan untuk menjadi seorang imam. Ketika ia berusia sepuluh tahun ia pergi ke Freising untuk melanjutkan sekolahnya. Ia mendapati pelajaran-pelajaran yang sulit, sementara itu, ayahnya memintanya untuk meninggalkan sekolah jika ia tidak lulus ujian. Pada tahun-tahun berikutnya, ia mulai mengumpulkan kelompok anak laki-laki disekitarnya selama liburan untuk mendorong mereka dalam kehidupan Kristiani, untuk membangun sebuah komunitas diantara mereka dan untuk mengisi waktu luang mereka. Setiap hari kelompok ini pegi merayakan Misa, berjalan kaki atau pergi berziarah. Suatu ketika, ia mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan seorang anak laki-laki yang dalam bahaya ketika memanjat gunung. Gaspar masuk seminari di Keuskupan Munich dan Freising pada tahun 1890 dan mulai belajar teologi. Setelah kunjungan ke biara Redemptoris, ia terinspirasi untuk mengikuti panggilan sebagai misionaris. Meskipun ditentang ayahnya ia masuk novisiat Kongregasi Redemptoris di Gars pada tahun 1892 dan ditahbiskan sebagai imam di Regensburg pada 1895. Ia kemudian diangkat oleh superiornya sebagai wakil direktur seminari kecil Durrnberg, dekat Hallein. Setiap minggu ia menghabiskan 28 jam mengajar di ruang kelas dan ia masih tersedia untuk para muridnya. Pada hari Minggu ia tidak pernah gagal memberikan bantuan kepada gereja-gereja di desa-desa tetangga, terutama untuk berhomili. Meskupun aturan-aturan yang berlaku pada saat itu sangatlah ketat, Gaspar tidak pernah bertindak kasar, dan kapanpun ia mendapat kesan bahwa ia melakukan kesalahan, maka ia akan segera meminta maaf dengan kerendahan hati. Pada 1899, Redemptoris membuka seminari baru di Gars. Gaspar dipindahkan ke tempat itu dan ditunjuk sebagai direktur. Ia hanya sempat berhomili dalam sebuah retret murid-murid dan berpartisipasi dalam pembukaan tahun ajaran. Gaspar Stanggassinger, C.Ss.R., meninggal pada 26 September 1899, di Gars, Jerman, karena sebuah penyakit. Pada 24 April 1988 ia dibeatifikasi oleh Paus Sto. Yohanes Paulus II.


dari sumber http://www.cssr.com/ dan http://www.redemptorists.net/

Sto. Damianus

26 September

Damianus lahir pada abad ke-tiga di daerah Arabia. Ia adalah saudara kembar dari Sto. Kosmas. Keduanya mempelajari ilmu penyembuhan di Aegea atau Ayash, Cilicia, Asia Kecil. Sebagai tabib mereka sangat dikenal, terlebih lagi ketika mereka tidak menerima bayaran, sehingga orang-orang menyebutnya anargyroi yang artinya orang yang tidak menghiraukan uang. Dengan cara seperti ini, mereka membawa banyak orang untuk mengenal dan bertobat menjadi seorang Kristen. Dikisahkan juga mereka secara ajaib menyembuhkan seseorang yang bernama Yustinian yang mengalami sakit pada kakinya, dengan melakukan transplantasi menggunakan kaki seseorang yang baru meninggal. Ketika terjadi penganiayaan oleh Kaisar Diokletian, Damianus dan Sto. Kosmas ditangkap oleh prefek Lysias. Keduanya disiksa dengan berbagai cara, tetapi mereka tidak mengalami luka sedikitpun. Pada akhirnya, Damianus dan Sto. Kosmas dipenggal dan meninggal dunia sebagai martir pada 27 September, sekitar tahun 287. Saudara-saudaranya, Anthimus, Leontius, dan Euprepius juga menjadi martir pada hari yang sama. Banyak kisah-kisah berkembang yang berhubungan dengan relikui Sto. Kosmas dan Sto. Damianus.


dari sumber:
http://www.imankatolik.or.id/
http://www.newadvent.org/
http://saints.sqpn.com/
http://www.catholicculture.org/
http://www.catholic.org/

Sto. Kosmas

26 September

Kosmas lahir pada abad ke-tiga di daerah Arabia. Ia adalah saudara kembar dari Sto. Damianus. Keduanya mempelajari ilmu penyembuhan di Aegea atau Ayash, Cilicia, Asia Kecil. Sebagai tabib mereka sangat dikenal, terlebih lagi ketika mereka tidak menerima bayaran, sehingga orang-orang menyebutnya anargyroi yang artinya orang yang tidak menghiraukan uang. Dengan cara seperti ini, mereka membawa banyak orang untuk mengenal dan bertobat menjadi seorang Kristen. Dikisahkan juga mereka secara ajaib menyembuhkan seseorang yang bernama Yustinian yang mengalami sakit pada kakinya, dengan melakukan transplantasi menggunakan kaki seseorang yang baru meninggal. Ketika terjadi penganiayaan oleh Kaisar Diokletian, Kosmas dan Sto. Damianus ditangkap oleh prefek Lysias. Keduanya disiksa dengan berbagai cara, tetapi mereka tidak mengalami luka sedikitpun. Pada akhirnya, Kosmas dan Sto. Damianus dipenggal dan meninggal dunia sebagai martir pada 27 September, sekitar tahun 287. Saudara-saudaranya, Anthimus, Leontius, dan Euprepius juga menjadi martir pada hari yang sama. Banyak kisah-kisah berkembang yang berhubungan dengan relikui Sto. Kosmas dan Sto. Damianus.


dari sumber:
http://www.imankatolik.or.id/
http://www.newadvent.org/
http://saints.sqpn.com/
http://www.catholicculture.org/
http://www.catholic.org/

Sto. Vinsensius Maria Strambi

24 September

Vincenzo Maria Strambi lahir pada 1 Januari 1745 di Civitavecchia, Italia. Ia adalah putera Joseph Strambi, seorang tukang obat, dan Elonora Strambi. Setelah sempat memperoleh pendidikan dari para Fransiskan, Vinsensius mengikuti panggilan Tuhan dengan masuk seminari. Ketika akan ditahbiskan menjadi imam, ia mengikuti sebuah retreat yang dibawa oleh Sto. Paulus dari Salib yang membuatnya tertarik untuk menjadi seorang biarawan Passionist. Keinginan Vinsensius untuk membiara sangat ditentang oleh ayahnya. Setelah ditahbiskan pada tahun 1767, Vinsensius bergabung dengan Kongregasi Passionist pada tahun 1768 dan mengambil nama Vinsensius Maria dari St. Paulus. Setelah menempuh pendidikan dan menjadi seorang professor dalam bidang teologi, Vinsensius diangkat menjadi Provinsial pada tahun 1781. Vinsensius menuliskan biografi dari Sto. Paulus dari Salib. Vinsensius kemudian ditunjuk menjadi Uskup Macerata-Tolentino pada tahun 1801. Invasi Napoleon terhadap Italia dan kesetiaan Vinsensius Maria terhadap Paus membuatnya terusir dari Keuskupannya pada tahun 1808, dan ia baru dapat kembali pada tahun 1813. Sebagai Uskup, Vinsensius mencoba memperbaiki kehidupan umat di Keuskupannya, walalupun ia sering mendapatkan ancaman atas tindakannya. Setelah kematian Paus Pius VII, Vinsensius mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Uskup, dan mulai melayani Paus Leo XII sebagai penasehat. Vinsensius Maria Strambi, C.P., meninggal dunia pada 1 Januari 1824 di Roma, Italia. Pada 26 April 1925, ia dibeatifikasi oleh Paus Pius XI, dan pada 11 Juni 1950, ia dikanonisasi oleh Paus V. Pius XII.

Sto. Padre Pio dari Pietrelcina

23 September

Francesco Forgione lahir pada tanggal 25 Mei 1887 di Pietrelcina, Benevento, Italia. Ia adalah putera Grazio Forgione, seorang petani, dan Maria Giuseppa De Nunzio. Sejak kecil Francesco sudah berkeinginan untuk menjadi seorang imam. Ketika mendengar kotbah seorang imam muda Kapusin, Francesco ingin mewujudkan keinginannya dengan menjadi seorang biarawan Kapusin. Bersama orangtuanya, mereka berkunjung ke biara Kapusin di Morcone, dan Francesco disarankan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi untuk dapat bergabung menjadi seorang Kapusin. Ayahnya memutuskan untuk pergi ke Amerika agar memperoleh penghasilan yang lebih tinggi untuk biaya pendidikan Francesco. Francesco menerima Sakramen Krisma pada 27 September 1899. Pada 6 Januari 1903, Francesco bergabung dengan Ordo Fransiskan Kapusin di Morcone. Ia menerima jubah dan memilih nama baru, Pio, dari Sto. Pius V, pelindung kota Pietrelcina, pada 22 Januari 1903. Diakhir masa novisiatnya, Pio mengikrarkan kaul sementaranya, dan 27 Januari 1907, ia mengikrarkan kaul kekalnya. Pada 10 Agustus 1910, Pio ditahbiskan sebagai imam, dan karena masalah kesehatan, ia kembali ke Pietrelcina, dan juga berkarya disana. Pada September 1916, Padre Pio ditempatkan pada biara Kapusin di San Giovanni Rotondo. Pada Agustus 1817, Padre Pio ditempatkan pada kesatuan militer, tetapi ia kembali ke San Giovanni Rotondo pada Maret 1918. Padre Pio kemudian menjadi seorang pembimbing spiritual. Pada 20 September 1918, ketika Padre Pio berdoa di depan salib, ia melihat Kristus dengan luka-lukanya, dan setelah itu ia menerima stigmata, dan menjadi imam pertama yang mendapatkannya. Padre Pio juga memiliki berbagai macam karunia lainnya seperti dapat membaca perasaan, maupun kehidupan seseorang, bilokasi, dan penyembuhan. Peristiwa ini menjadi berita yang cepat menyebar. Banyak orang kemudian datang kepada Padre Pio. Padre Pio menghabiskan waktunya setiap hari untuk merayakan Misa, dan mendengarkan pengakuan dosa orang-orang yang datang kepadanya. Peristiwa ini juga menarik perhatian Kantor Kudus. Pada Juni 1922, kegiatan Padre Pio mulai dibatasi, terutama untuk bertemu dengan umat. Pada 9 Juni 1931, Takhta Suci bahkan memerintahkan Padre Pio untuk menghentikan semua pelayanannya kecuali mempersembahkan Kurban Misa. Tetapi pada tahun 1933, Paus Pius XI mencabut semua larangan terhadap Padre Pio. Secara bertahap, Padre Pio kembali melayani pengakuan dosa. Padre Pio kemudian mendirikan Rumah Sakit Casa Sollievo della Sofferenza atau Wisma untuk Meringankan Penderitaan pada 5 Mei 1956. Ia juga membentuk sebuah kelompok doa yang masih ada sampai saat ini. Pada tahun 1960, kesehatan Padre Pio sudah mulai menurun. Pada hari-hari menjelang kematiannya, Padre Pio masih mempersembahkan Kurban Misa. Padre Pio dari Pietrelcina, O.F.M.Cap., meninggal dunia pada 23 September 1968 di San Giovanni Rotondo, Foggia, Italia. Pada 2 Mei 1999 ia dibeatifikasi, dan pada 16 Juni 2002, ia dikanonisasi oleh Paus Sto. Yohanes Paulus II.


Bto. Yohanes Maria dari Salib

22 September

Mariano Garcia Mendez lahir pada 25 September 1891 di San Esteban de los Patos, Avila, Spanyol. Sejak kecil, Mariano sudah berkeinginan untuk menjadi seorang Imam. Ia bergabung dengan seminari Diosesan di Avila, dan sempat ingin bergabung dengan Ordo Pengkotbah, tetapi kesehatannya yang buruk menghalanginya. Pada 18 maret 1916, Mariano ditahbiskan sebagai imam dan melayani di sebuah desa kecil yang miskin. Mariano kembali beusaha untuk mencari kehidupan rohani yang lebih baik, sampai ia kemudian bertemu dengan imam kongregasi Hati Kudus Yesus. Mariano kemudian memasuki masa novisiat di Novelda, Alicante. Ia mengikrarkan kaulnya pada 31 Oktober 1926, dan mengambil nama Juan Maria de la Cruz. Yohanes kemudian bertugas sebagai guru. Ia juga mulai mencari dana pada tahun 1929 dan juga membujuk anak-anak untuk bergabung dengan seminari kongregasi Hati Kudus Yesus. Ketika terjadi penganiayaan terhadap umat Katolik dalam perang saudara Spanyol, Yohanes memilih untuk mengungsi ke Valencia, dengan harapan tidak ada yang mengenalinya. Ketika melihat sebuah gereja yang dirusak dan dijarah, Yohanes melakukan protes, sehingga ia ditangkap dan dipenjara. Di dalam penjara, Yohanes memberikan perhatian kepada tahanan lain. Ia juga tetap melakukan kewajiban seperti berdoa Ibadat Harian, atau Rosario. Yohanes Maria dari Salib, S.C.J., meninggal dunia pada 23/24 Agustus 1936 di Valencia, Spanyol, dan menjadi martir pertama kongregasi Hati Kudus Yesus. Pada 11 Maret 2001, ia dibeatifikasi oleh Paus Sto. Yohanes Paulus II.


dari sumber http://www.sacredheartusa.org/http://www.scj.org/http://scjphil.org/, dan http://www.gcatholic.org/

Bto. Henrikus Saiz

22 September

Enrique Sáiz Aparicio lahir pada 1 Desember 1889 di Ubierna, Burgos, Spanyol. Henrikus memutuskan untuk bergabung dengan Kongregasi Salesian, dan mengikrarkan kaul pertamanya pada tahun 1909 di Barcelona-Sarria. Henrikus ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1918. Henrikus ditunjuk sebagai direktur pertama kolose di Salamanca, kemudian menjadi rektor aspiran di Carabanchel, Alto, Madrid. Ketika terjadi perang saudara Spanyol yang menganiaya umat Katolik, Henrikus berusaha untuk melindungi para aspiran. Pada 20 Juli 1936, biaranya diserang. Dengan berani ia menyerahkan diri dan meminta supaya para tentara melepaskan para aspiran. Henrikus Saiz, S.D.B., meninggal dunia pada 2 Oktober 1936 di Madrid, Spanyol. Pada 28 Oktober 2007, ia dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XVI, yang diwakili oleh Kardinal Jose Saraiva Martins.


Bto. Yusuf Calasanz Marques

22 September

Jose Calasanz Marques lahir pada 23 November 1872 di Azanuy, Huesca, Spanyol. Pada sekitar tahun 1886, Yusuf melihat Sto. Yohanes Bosko saat kelelahan dan menderita. Yusuf memutuskan untuk bergabung dengan Kongregasi Salesian pada tahun 1890, dan ditahbiskan sebagai imam lima tahun kemudian. Yusuf bertugas sebagai sekretaris Bto. Filipus Rinaldi, dan kemudian menjadi superior untuk provinsi Peru-Bolivia. Yusuf kembali ke Spanyol dan ditunjuk sebagai Provinsial Barcelona-Valencia. Yusuf dikenal sebagai pekerja keras dan memiliki perhatian terhadap keselamatan manusia. Ketika terjadi perang saudara di Spanyol, Yusuf ditangkap bersama para Salesian, ketika melakukan retreat di Valencia. Dalam perjalanan, Yusuf dibunuh dengan ditembak. Yusuf Calasanz Marques, S.D.B., meninggal dunia pada 29 Juli 1936 di Valencia, Spanyol. Pada 11 Maret 2001, ia dibeatifikasi oleh Paus Sto. Yohanes Paulus II.


dari sumber http://www.salesianmissions.org/, http://www.sdb.org/, http://www.gcatholic.org/, dan http://theblackcordelias.wordpress.com/

Minggu Biasa XXV

Tahun C

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul. Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi. Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jika kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan harta sejati kepadamu? Dan jika kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain; atau ia akan setia kepada yang seorang, dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”
 
 
dari sumber http://renunganpagi.blogspot.com/, dan Alkitab Deuterokanonika, LAI-LBI

Sto. Ignatius dari Santhia

22 September

Lorenzo Maurizio Belvisotti lahir pada 5 Juni 1686 di Santhia, Vercelli, Italia. Ia adalah putera sebauh keluarga kelas atas. Lorenzo menerima pendidikan dari seorang imam yang baik, yang menginspirasinya dan membantunya dalam menjawab panggilannya untuk masuk seminari. Pada 1710 ia ditahbiskan sebagai imam diosesan di Vercelli. Setelah enam tahun menjadi imam, Lorenzo bergabuang dengan Ordo Fransiskan Kapusin. Pada saat itu Lorenzo dikritik oleh keluarganya dan paroki yang tidak mengerti keputusannya. Dalam Ordo Kapusin, Lorenzo akhirnya mendapati kedamaian batin yang ia cari dalam hidup kesederhanaan. Pada tanggal 24 Mei 1717, ia mengikrarkan kaul religiusnya, dan memperoleh nama Ignatius. Ignatius memulai perjalanan rohaninya dengan dikirim dari satu biara ke biara lain di wilayah Savoy, Italia. Dia senang dipindahkan karena ketaatannya dan  kehormatan untuk dapat melayani saudara-saudaranya. Pada awalnya, Ignatius ditempatkan di biara di Saluzzo, dan bertugas sebagai sakristan. Ia kemudian dipindahkan ke novisiat di Chieri, dan bertugas sebagai asisten pembimbing para novis. Pada 1727, Ignatius dikirim ke biara di Turin-Monte, dengan tugas sebagi sakristan dan pembimbing rohani. Sebagai pembimbing rohani, banyak orang mencarinya, mulai dari kaum religius, imam, umat beriman dan orang-orang berdosa yang paling berdosa untuk mengaku dosa, dan untuk menerima bimbingan rohani. Pada 1731, Ignatius dikirim ke biara Modovi, dimana ia menjadi pembimbing para novis dan vikaris biara. Pada 1744 Ignatius harus meninggalkan novisiat dan pergi ke Turin karena ia menderita penyakit mata yang misterius yang membawanya hampir pada kebutaan. Ignatius dapat sembuh dari penyakitnya sehingga ia dapat kemabli pada aktivitas tugasnya. Pada 1743-1746, perang terjadi di Piedmont, Raja Sardinia-Piedmonte, Charles Emmanuel III meminta Kapusin untuk menyediakan tenaga medis dan spiritual untuk rumah-rumah sakit. Ignatius ditunjuk sebagai pastor kepala dan menawarkan bantuannya untuk dua tahun di rumah sakit Asti, Vinovo dan Alessandria, memberikan contoh tidak kenal lelah dan kesalehan, melayani dan menyembuhkan dalam semangat kasih injili yang sejati. Ketika Piedmonte dalam keadaan damai kembali, ia kembali sekali lagi ke biara di Turin-Monte dimana ia akan menghabiskan 24 tahun sebagai pembimbing spiritual dan bapa pengakuan. Ia mengunjungi orang sakit, dan meminta uang dan makanan bagi yang membutuhkan. Ignatius dari Santhia O.F.M.Cap., meninggal dunia pada 21 September 1770 di Turin-Monte, Italia. Pada 17 April 1966 Ia dibeatifikasi oleh Paus Bto. Paulus VI dan pada 19  Mei 2002, ia dikanonisasi oleh Paus Sto. Yohanes Paulus II.

Sto. Matius

21 September

Matius adalah satu dari ke-12 rasul Kristus. Matius dikenal juga dengan nama Levi. Matius adalah putera dari Alpheus dan berasal dari Galileia. Matius sebelum menjadi rasul Kristus adalah seorang pemungut cukai. Dalam Injil dikisahkan bahwa Yesus memanggilnya walalupun dalam pandangan orang Yahudi pada saat itu, pekerjaan sebagai pemungut cukai adalah pekerjaan kotor. Matius menemani Yesus hingga Ia disalibkan. Ia hadir ketika Yesus menampakan diri, dan juga ketika Yesus naik ke-surga. Setelah Hari Pentakosta, Matius diperkirakan menyebarkan Injil kepada orang-orang Yahudi, selama limabelas tahun. Matius diyakini menuliskan Injil yang dikenal sebagai Injil Matius, pertama-tama dalam bahasa Aram atau bahasa ibu dari orang Yahudi. Dalam Injilnya, Matius mau memberitahukan bahwa Mesias yang ditunggu-tunggu oleh orang Yahudi sudah datang dalam diri Yesus Kristus. Matius kemudian pergi menyebarkan Injil di Ethiopia sampai selatan laut Kaspia. Ada juga yang mengatakan ia menyebarkan Injil di Persia, Makedonia, dan Syria. Kematian Matius tidak diketahui secara pasti. Menurut Martyrologium Romanum, ia berkotbah dan disiksa sebagai martir di Ethiopia.


St. Matius

21 September

Pada suatu hari, Yesus melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya, “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Matius, lalu mengikuti Dia. Kemudian, ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa, makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada murid-murid Yesus, “Mengapa gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, melainkan orang sakit. Maka pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”


Sto. Andreas Kim Taegon

20 September

Andreas Kim Taegon lahir di Korea. Ia adalah putera dari Sto. Ignatius Kim Chejun, seorang bangsawan Korea yang menjadi Katolik, dan martir pada penganiayaan tahun 1839. Andreas dibaptis pada usia 15 tahun. Ia pergi meninggalkan Korea menuju seminari di Makau, China. Ia menjadi Imam pribumi pertama Korea, dan setelah itu ia kembali ke Korea. Di Korea ia ditugaskan untuk mengatur masuknya para misionaris melalui jalur air sehingga tidak diketahui penjaga perbatasan. Suatu ketika ia ditangkap, disiksa, dan akhirnya di penggal di Sungai Han dekat ibukota Seoul. Andreas Kim Taegon meninggal dunia sebagai martir pada tahun 1846 di Seoul, Korea, dan juga menjadi Imam pertama yang mati karena imannya di Korea. Pada 6 Juni 1925, ia dibeatifikasi oleh Paus Pius XI, dan pada 6 Mei 1984, ia dikanonisasi bersama dengan Sto. Paulus Chong Hasang dan martir-martir Korea lainnya, termasuk ayahnya oleh Paus Sto. Yohanes Paulus II.

Sto. Paulus Chong Hasang

20 September

Paulus Chong Hasang lahir pada tahun 1795 di Korea. Ia adalah putera dari Agustinus Chong Yak-Jong atau yang lebih dikenal dengan Agustinus Chong, seorang martir dan Sta. Cecilia Yu Sosa. Ia juga merupakan saudara dari Sta. Jung Hye. Paulus walaupun sebagai awam, mencoba menyatukan umat Kristen yang tersebar, dan memberi semangat kepada mereka untuk memegang teguh iman dan hidup dalam iman. Ia menulis Sang-Je-Sang-Su yang menjelaskan kepada pemerintah Korea alasan Gereja bukanlah ancaman bagi mereka. Ia menyebrang ke China sembilan kali, bekerja sebagai pelayan seorang diplomat Korea. Disana ia bekerja untuk meyakinkan Uskup Beijing mengirim lebih banyak Imam ke Korea. Ia meminta bantuan langsung kepada Roma, dan pada 9 September 1831, Paus Gregorius X menyatakan sahnya Keuskupan Katolik Korea. Ketika para biarawan mulai kembali, Paulus memasuki seminari. Sayangnya, ia menjadi martir pada saat penganiayaan Gi Hye pada tahun 1839 sebelum ia dapat ditahbiskan. Paulus Chong Hasang meninggal dunia pada 22 September 1839 di Korea. Ia dikenal sebagai salah satu pendiri Gereja Katolik di Korea. Pada 6 Juni 1925, ia dibeatifikasi oleh Paus Pius XI, dan pada 6 Mei 1984, ia dikanonisasi bersama dengan Sto. Andreas Kim Taegon dan martir-martir Korea lainnya, termasuk ibu dan saudaranya oleh Paus Sto. Yohanes Paulus II.


dari sumber:
http://saints.sqpn.com/
http://catholic.org/
http://www.catholicculture.org/

Martir dari Korea

20 September

Evangelisasi di Korea dimulai pada abad 17 oleh kelompok awam sampai kedatangan para Serikat Imam Diosesan dari Paris/ Societas Parisiensis missionum ad exteras gentes (M.E.P). Penganiayaanpun terjadi di Korea pada abad ke 19 (1839, 1866, 1867), 103 anggota komunitas Kristen menjadi martir pada saat itu. Diantara mereka adalah seorang Imam pribumi pertama Korea, Sto. Andreas Kim Taegon dan seorang rasul awam Sto. Paulus Chong Hasang. Pada tahun 1984, dalam kunjungannya ke Korea, Paus Sto. Yohanes Paulus II mengkanonisai para martir Korea, beserta 3 misionaris Perancis, yang menjadi martir selama tahun 1839 sampai dengan 1867. Sebagian besar dari mereka adalah umat awam. Mereka adalah:
  1. St. Andreas Kim Taegon
  2. St. Paulus Chong Hasang
  3. St. Ignatius Kim Chejun 
  4. St. Teresa Kim
  5. St. Cecilia Yu Sosa
  6. St. Elisabeth Chong Chong-hye 
  7. St. Agatha Yi Sosa
  8. St. Peter Yi Hoyong
  9. St. Protasius Chong Kurbo
  10. St. Magdalene Kim Obi
  11. St. Barbara Han Agi
  12. St. Anna Pak Agi
  13. St. Agatha Kim
  14. St. Augustine Yi Kwang-hon
  15. St. Barbara Kwon Hui
  16. St. John Baptist Yi Kwangnyol 
  17. St. Agatha Yi
  18. St. Lucia Park Huisun
  19. St. Maria Park K'unagi
  20. St. Juliet Kim 
  21. St. Agatha Chon Kyonghyob 
  22. St. Damianus Nam Myong-hyog 
  23. St. Maria Yi Yonhui
  24. St. Peter Kwon Tugin
  25. St. Joseph Chang Songjib
  26. St. Barbara Kim
  27. St. Rosa Kim 
  28. St. Magalena Ho Kye-im
  29. St. Barbara Yi Chong-hui
  30. St. Magdalene Yi Yong-hui
  31. St. Barbara Yi
  32. St. Teresa Yi Mae-im
  33. St. Martha Kim
  34. St. Lucia Kim
  35. St. Anna Kim
  36. St. Maria Won Kwi-im 
  37. St. John Pak
  38. St. Agnes Kim Hyoju
  39. St. Columba Kim Hyo-im
  40. St. Francis Ch'oe Hyong-hwan
  41. St. Lawrence Imbert 
  42. St. Peter Maubant
  43. St. Jacob Chastan
  44. St. Augustine Yi Chin-gil
  45. St. Peter Y Taech'ol
  46. St. Sebastian Nam
  47. St. Barbara Cho Chung-i
  48. St. Charles Cho Shin-ch'ol
  49. St. Peter Ch'oe Ch'ang-hub 
  50. St. Barbara Ch'oe Yong-i
  51. St. Magdalene Son Sobyog
  52. St. Magdalene Pak Pongson 
  53. St. Perpetua Hong Kumju 
  54. St. Lucia Kim
  55. St. Catherine Yi
  56. St. Magdalene Cho
  57. St. Magdalene Yi Yongdog
  58. St. Maria Yi Indog
  59. St. Magdalene Han Yong-i
  60. St. Agatha Kwon Chini
  61. St. Agatha Yi Kyong-i
  62. St. Benedicta Hyon Kyongnyon
  63. St. Charles Hyon Songmun
  64. St. Barbara Ko Suni
  65. St. Augustine Pak Chong-won
  66. St. Andrew-Chong Kwagyong 
  67. St. Stephen Min Kukka 
  68. St. Paul Ho
  69. St. Peter Hong Pyongju
  70. St. Paul Hong Yongju 
  71. St. John Yi Munu
  72. St. Anthony Kim Son-u
  73. St. Peter Nam Kyongmun 
  74. St. Lawrence Han Ihyong 
  75. St. Susanna U Surim
  76. St. Agatha Yi Kannan
  77. St. Joseph Im Ch'ibaeg
  78. St. Teresa Kim Imi
  79. St. Catherine Chong Ch'oryom
  80. St. Peter Yu Chongyul 
  81. St. Simon Berneux
  82. St. Justin de Bretenières
  83. St. Peter Henricus Dorie
  84. St. Ludovicus Beaulieu
  85. St. John Baptist Nam Chongsam
  86. St. John Baptist Chong Chang-un 
  87. St. Peter Ch'oe Hyong 
  88. St. Mark Chong Uibae 
  89. St. Alex U Seyong
  90. St. Anthony Daveluy
  91. St. Martin Luke Huin
  92. St. Peter Aumaitre
  93. St. Joseph Chang Chugi
  94. St. Luke Hwang Soktu
  95. St. Thomas Son Chason
  96. St. Bartholomew Chong Munho
  97. St. Peter Cho Kwaso
  98. St. Joseph Cho Yunho
  99. St. Peter Son Sonji 
  100. St. Peter Yi Myongs
  101. St. Joseph Peter Han Wonso 
  102. St. Peter Chong Wonji
  103. St. John Yi Yunil 

Sta. Maria de La Salette

19 September

Sta. Maria de La Salette adalah peristiwa penampakan Bunda Maria kepada dua orang anak gembala, Melanie Calvat dan Maximin Giraud, pada 19 September 1846 di La Salette, Perancis. Dalam penampakannya, Bunda Maria dikisahkan duduk di atas batu, dan tampak sangat sedih dan menitikan air matanya. Bunda Maria memanggil Melanie dan Maximin, dan menceritakan kesedihannya. Revolusi Perancis telah membuat iman umat di Perancis rusak. Banyak umat jarang mengikuti Misa, banyak yang sudah tidak berdoa, dan Banyak yang menghina Tuhan dengan kata-kata yang mereka ucapkan. Bunda Maria mengungkapkan sudah tidak kuat menahan tangan Yesus, Puteranya. Bunda Maria kemudian meminta kepada Melanie dan Maximin, untuk berdoa setiap hari, sekurang-kurangnya berdoa Bapa Kami dan Salam Maria. Dikisahkan juga, Bunda Maria memberikan rahasianya kepada Melanie dan Maximin. Melanie dan Maximin menceritakan apa yang mereka saksikan, dan mereka dibawa untuk menceritakannya kepada seorang imam. Penyelidikan terhadap peristiwa ini dilakukan oleh Uskup Grenoble. Pada tahun 1851, penampakan ini diakui oleh Uskup Grenoble dan Takhta Suci.


dari sumber http://www.marypages.com/http://yesaya.indocell.net/, dan http://en.wikipedia.org/

Sto. Yanuarius

19 September

Januarius diyakini lahir di Beneveto, Naples, Italia. Tidak diketahui bagaimana masa lalunya sampai dengan ia menjadi Uskup Beneveto. Dikisahkan pada masa penganiayaan Kaisar Diokletian, ketika mengunjungi Sto. Socius, Sto. Proculus, Sto. Eutychius, dan Sto. Acutius di dalam penjara, Yanuarius ditangkap bersama dengan diakonnya, Sto. Festus, dan lektornya, Sto. Desiderius. Mereka semua disiksa dan dilemparkan ke hadapan binatang buas yang sama sekali tidak menyerang mereka. Pada sekitar tahun 304, Yanuarius menerima mahkota kemartirannya setelah dipenggal di Pozzuoli, Campania. Relikui Yanuarius yang diyakini berupa darahnya tersimpan di Katedral Naples. Darahnya mencair setidaknya tiga kali dalam satu tahun, yakni pada hari peringatannya (19 September), pada tanggal 16 Desember, dan pada hari Minggu pertama pada bulan Mei. Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan mukjizat ini. Diyakini juga peristiwa ini melambangkan perlindungan kota Naples dari bencana, karena darah itu tidak mencair pada tahun 1939, atau pada awal perang dunia II.


Sto. Alfons dari Orozco

19 September

Alfonsus de Orozco lahir pada 17 Oktober 1500 di Oropesa, Toledo, Spanyol. Ia adalah anak seorang gubernur kastil di Oropesa. Ia belajar di Talavera de la Reina, mempelajari musik dan bertugas sebagai paduan suara di katedral Toledo selama tiga tahun. Ia kemudian masuk Universitas Salamanca pada usia 14 tahun. Alfons merasa terpanggil setelah mendengarkan homili dari seorang Agustinian Sto. Thomas Villanova, dan memutuskan untuk bergabung dengan Ordo Agustinian. Alfons ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1527. Superiornya menyadari kemampuannya dalam  menyebarkan Sabda Allah. Ia kemudian menjadi prior pada biara di Valladolid, Spanyol pada 1554 dan juga menjadi pengkotbah untuk Kaisar Charles V. Pada tahun 1549, Alfons berkeinginan untuk pergi menjadi misionaris di Mexico, tetapi karena sakit, ia kembali ke Spanyol. Pada tahun 1561, saat ibukota dipindahkan ke Madrid, Alfons juga ikut pindah melayani Kaisar Charles V.  Ia menolak stipendium normal kerajaan, dan memilih hidup sebagai biarawan rendah hati. Ia selalu menerima siapapun yang mencari bimbingan spiritual. Ia menghabiskan waktu luangnya mengunjungi rumah sakit, penjara, dan orang miskin di jalan. Ia juga menjadi penulis ternama dalam bahasa Spanyol dan Latin, termasuk sejarah Agustinian. Ia juga memiliki devosi kepada Perawan Maria. Alfons dari Orozco, O.S.A., meninggal dunia pada 19 September 1591 di Kolose Inkarnasi, Madrid, Spanyol. Masyarakat Madrid menyerbu Kolose dan memasuki ruang Alfons untuk mencari relikui dari pastor yang mereka cintai. Pada 15 Januari 1882, ia dibeatifikasi oleh Paus Leo XIII, dan pada 10 Maret 2002, ia dikanonisasi oleh Paus Sto. Yohanes Paulus II.


diterjemahkan bebas dari http://saints.sqpn.com/http://www.vatican.va/http://www.catholic.org/, dan http://www.midwestaugustinians.org/

Sto. Fransiskus Maria dari Camporosso

19 September

Yohanes Croese lahir pada 27 Desember 1804 di Camporosso, Italia. Ia adalah putera dari Anselmo Croese dan Maria Antonia Gazzo. Ia bersekolah hanya sebentar, karena tidak memiliki keinginan, dan pada usia tujuh tahun, dan Yohanes memilih bekerja dipeternakan keluarganya. Yohanes kemudian merasakan panggilan Tuhan dan memutuskan untuk bergabung dengan Ordo Fransiskan Konventual. Yohanes diterima pada 14 Oktober 1822 di Sestri Ponente dengan nama Antonius. Kehidupan sebagai seorang biarawan Konventual, ternyata jauh lebih baik dari yang dialami Antonius di rumahnya. Hal ini sangat berbeda dengan keinginan Antonius yang ingin hidup miskin disertai dengan doa meditasi yang dalam. Antonius kemudian ingin berpindah menjadi seorang Kapusin, tetapi ia tidak berhasil mendapatkan persetujuan dari superiornya. Dengan bantuan seorang bruder Kapusin, Alexander dari Genoa, Antonius melarikan diri dari biaranya dan diterima pada sebuah pertapaan Kapusin di San Francesco di Volti, dengan nama Fransiskus Maria. Masa Postulan ia lalui selama tiga tahun sebelum ia menerima jubah dan masuk novisiat pada 17 Desember 1825 di pertapaan St. Barnabas di Genoa. Fransiskus adalah seorang pekerja keras dan tenang dalam setiap pekerjaan yang diberikan kepadanya. Fransiskus juga menerima banyak misi yang harus ia kerjakan. Ketika terjadi kekacauan di Genoa, Fransiskus membantu mendamaikan para biarawan Kapusin yang memiliki perbedaan pendapat. Pada tahun 1866, terjadi wabah kolera di Genoa. Fransiskus berdoa dan mempersembahkan dirinya supaya wabah ini segera berakhir. Fransiskus Maria dari Camporosso, O.F.M.Cap., meninggal dunia pada 17 September 1866 karena terinfeksi kolera, di Genoa, Italia. Setelah kematiannya, penderita kolera semakin berkurang dengan cepat. Oleh umat ia memperoleh sebuatan Bapa Suci karena kekudusannya. Pada 30 Juni 1929, ia dibeatifikasi oleh Paus Pius XI, dan pada 9 Desember 1962, ia dikanonisasi oleh Paus Sto. Yohanes XXIII.


Sto. Yohanes Makias

18 September

Juan de Arcas Sanchez lahir pada 2 Maret 1585 di Ribera del Fresno, Estramadura, Spanyol. Ia adalah putera dari Pedro Arcas dan Juana Sanchez. Sejak kecil ia sudah menjadi yatim-piatu dan diasuh oleh pamannya sebagai penggembala. Sebuah tawaran untuk pergi ke Amerika Selatan diterimanya ketika Yohanes sudah dewasa. Ia pergi ke Cartagena, sampai pada akhirnya menetap di Lima, Peru. Melihat karya para Dominikan, Yohanes kemudian tertarik untuk melayani Allah dengan bergabung bersama para Dominikan. Yohanes diterima pada 23 Januari 1622 dan ia mengikrarkan kaul kekalnya pada 25 Januari 1623. Yohanes ditugaskan sebagai penjaga pintu, dan dalam pekerjaannya ia bertemu dengan banyak orang. Yohanes merawat orang miskin dan sakit yang selalu menunggu di depan pintu biara. Doa-doa yang dilakukannya dipersembahkan untuk jiwa-jiwa di Api Penyucian. Yohanes juga merupakan sahabat dari Sto. Martin de Porres. Yohanes Makias, O.P., meninggal dunia pada 16 September 1645 di Lima, Peru. Pada tahun 1837 ia dibeatifikasi oleh Paus Pius VII dan pada tahun 1975, ia dikanonisasi oleh Paus Bto. Paulus VI.


dari sumber http://saints.sqpn.com/http://www.catholic.org/, dan http://en.wikipedia.org/

Sto. Yosef dari Copertino

18 September

Yosef Desa lahir pada 17 Juni 1603 di Copertino, Nardo, Naples. Ia adalah putera dari Felice Desa, yang meninggal sebelum Yosef lahir, dan Francesca Panara. Kehidupan keluarga yang sulit membuat Yosef dididik secara keras oleh ibunya, tetapi Yosef menjadi lamban dan kurang cerdas. Sejak kecil, Yosef sudah sering melakukan ekstase yang membuatnya memandangi langit dan membuka mulutnya. Yosef sempat belajar menjadi seorang pembuat sepatu, tetapi usahanya tidak berhasil. Yosef kemudian berkeingin menjadi seorang Fransiskan. Setelah sempat ditolak karena tidak memiliki pendidikan, Yosef diterima di sebuah biara Kapusin. Karena hampir tidak dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang ia lakukan, Yosef dikeluarkan. Yosef kemudian diterima pada sebuah biara Konventual di La Grotella untuk menjadi penjaga kuda. Yosef menjadi lebih sering berdoa dan berpuasa. Para biarawan kemudian menerimanya menjadi seorang biarawan. Yosef kemudian ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1628. Pengalaman ekstase yang ia lakukan sejak kecil terus terjadi, bahkan beberapa kali juga ia melayang. Banyak mukjizat lain yang juga terjadi melalui perantaraan Yosef, sehingga banyak orang mulai mencarinya. Pada tahun 1653, Yosef dikirim ke biara Kapusin di Pietarossa agar tidak dapat dilihat orang. Ia kemudian berpindah ke biara Konventual di Osima, dan masih dijauhkan dari umat. Pada 18 September 1663, Yosef dari Copertino, O.F.M.Conv., meninggal dunia di Osimo, Italia. Pada 24 Frebruari 1753 ia dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XIV, dan pada 16 Juli 1767, ia dikanonisasi oleh Paus Klement VIII.


Sto. Robertus Bellarminus

17 September

Roberto Francisco Romolo Bellarmino lahir pada 4 Oktober 1542 di Montepulciano, Tuscany. Ia adalah putera dari Vincenzo Bellarmino dan Cinthia Cervini. Ibunya adalah saudara dari Paus Marsellus II. Sejak kecil Robertus sudah dididik oleh para Yesuit dan pada 20 September 1560, Robertus memutuskan untuk bergabung dengan Serikat Yesus, walaupun ditentang oleh ayahnya. Robertus belajar filsafat selama tiga tahun di Kolose Roma. Kemudian pada tahun 1563 ia mengajar kemanusiaan di Yesuit Center di Florence dan Mondovi. Robertus kemudian melanjutkan pendidikan teologi di Universitas Padua pada tahun 1567-1568. Ia pindah ke Universitas Louvain pada tahun 1569. Robertus ditahbiskan menjadi imam pada Minggu Palma tahun 1570 di Ghent, Belgia. Selama tahun 1570-1576, Robertus mengajar di Universitas Louvain, sebelum akhirnya ditarik kembali ke Roma pada tahun 1576, untuk mengajar di Kolose Roma yang saat itu sangat kacau. Ia menjadi Bapa Pengakuan Kolose Roma pada tahun 1588. Salah satu pengakunya adalah Sto. Aloysius Gonzaga. Pada tahun 1590, Robertus bersama dengan Kardinal Gaetano pergi ke Perancis untuk membela kepentingan Gereja. Pada saat itulah ia mendapat berita bahwa tulisannya, tidak mendapatkan izin dari Paus Sixtus V, tetapi kemudian Paus Gregorius XIV memberikan persetujuan dan dukungan kepada tulisanya, Disputationes de Controversiis Christianae Fidei adversus hujus temporis hereticos. Robertus kembali ke Roma pada tahun 1591, dan kembali menjadi Bapa Pengakuan bagi Sto. Aloysius Gonzaga diakhir kehidupannya. Robertus mengusahakan kanonisasi terhadap Sto. Aloysius Gonzaga dan ia berhasil mewujudkannya. Pada tahun 1592, ia bertugas sebagai komisi revisi Kitab Suci, dan berhasil menyelesaikan revisi terhadap Kitab Vulgata, seperti diamanatkan Konsili Trente. Pada tahun 1594, Robertus menjadi provinsial Yesuit di Naples. Pada tahun 1597, Robertus dipanggil menjadi teolog bagi Paus Klement VIII. Pada 3 Maret 1598, ia diangkat menjadi seorang kardinal-imam. Ia menjadi penilai terhadap Kardinal Madruzzi, sebelum akhirnya ia ditugaskan menjadi Uskup Capua. Oleh Paus Paulus V, Robertus ditahan di Roma, sehingga ia dilepaskan dari jabatan Uskup Capua dan ditugaskan sebagai Prefek Kongregasi Ritus. Robertus memberikan pembelaan terhadap gelombang anti-rohaniwan di Venesia, dan juga masalah politik Gereja terhadap Raja James dari Inggris. Robertus menuliskan Tractatus de potestate Summi Pontificis in rebus temporalibus adversus Gulielmum Barclaeum, atas penolakannya terhadap Gallicanisme. Pada tahun 1615, Robertus terlibat dalam masalah Galileo. Pada awalnya Robertus tertarik dengan penemuan Galileo, dan berteman dengannya. Tetapi karena teori heliosentris Galileo tidak dapat dibuktikan, maka Kantor Kudus mengutuknya. Walaupun menentang pengutukan terhadap teori Galileo, Robertus tetap pada ketaatannya pada Gereja. Disisi lain dari Robertus, ia adalah orang yang suka membantu orang miskin. Ia menuliskan Dottrina cristiana breve, sebuah Katekismus untuk anak-anak, dan Dichiarazione piu copiosa della dottrina cristiana, sebuah katekismus untuk guru. Robertus juga membantu Sto. Fransiskus dari Sales dalam memperoleh izin resmi bagi Ordo Visitasi. Robertus mengikuti konklaf yang terakhir pada Februari 1621, yang memilih Paus Gregorius XV. Robertus Kardinal Bellarminus, S.J., meninggal dunia pada 17 September 1621 di Roma, Italia. Pada 13 Mei 1923, ia dibeatifikasi oleh Paus Pius XI, dan pada 29 Juni 1930, ia dikanonisasi oleh Paus yang sama. Relikuinya dipindahkan pada 21 Juni 1923 menuju gereja St. Ignasius, Roma. Pada 17 September 1931, ia dinyatakan sebagai Pujangga Gereja oleh Paus Pius XI.


Sto. Albertus dari Yerusalem

17 September

Albertus Avogrado lahir sekitar tahun 1149 di Castel Gualteri, Parma, Italia. Ia belajar teologi dan hukum dan sekitar tahun 1180, setelah ditahbiskan sebagai imam, ia menjadi kanonik di biara Salib Suci di Mortara, Milan. Pada tahun 1184, ia ditunjuk menjadi Uskup Bobbio dan tahun 1185 ia menjadi Uskup Vercelli. Albertus kemudian menjadi penengah pada saat terjadi pertengakaran antara Paus Klement III dengan Kaisar Frederick Barbarossa. Setelah itu oleh Paus, Albertus menjadi delegasi kepausan untuk wilayah Italia utara, dan juga mendapat gelar pangeran dari Kaisar. Albertus menyelesaikan masalah antara Parma dan Piacenza pada tahun 1199. Pada tahun 1205 Albertus diangkat menjadi Patriark Yerusalem oleh Paus Inosensius III. Albertus banyak berurusan dengan rakyat, baik Kristen dan Muslim, dan juga dengan kerajaan-kerajaan, seperti Frank. Atas permintaan Sto. Brocard, prior Karmelit, yang hidup di Gunung Karmel Albertus menyusun Regula atau pedoman hidup bagi Karmelit. Pada tahun 1213, Paus mengundang dia untuk mengikuti Konsili Lateran IV, namun Albertus terlebih dahulu dibunuh. dari Yerusalem meninggal dunia pada 14 September 1214 pada saat merayakan Pesta Salib Suci di gereja St. Yohanes dari Acre.


Kalender Orang Kudus