24 September |
Gerardus dari Hungaria disebut juga dengan nama Gerardus Sagredo. Ayahnya, seorang bangsawan dari keluarga Sagredo yang meninggal dunia di Tanah Suci Yerusalem tatkala ia berziarah ke sana. Sepeninggal ayahnya, Gerardus masuk biara dan kemudian menjadi Abbas biara Santo Georgia di Venesia. Segera tampak bahwa Gerardus adalah seorang pemimpin yang saleh dan arif di tengah rekan-rekannya sebiara. Ia dengan tekun dan rendah hati menerapkan ajaran-ajaran Kitab Suci dalam hidupnya sehingga menampilkan suatu kedewasaan iman yang mengagumkan.
Terdorong oleh niatnya mengikuti jejak ayahnya dan tekadnya meneladani cara hidup Yesus, Gerardus meletakkan jabatannya sebagai Abbas dan berangkat ke Yerusalem. Tetapi kemalangan menimpa dia di tengah perjalanan karena kapal yang ditumpanginya terdampar ke pantai Istria, Yugoslavia. Di situ ia bertemu dengan seorang Abbas Hungaria. Abbas itu menasihatinya untuk pergi ke Hungaria dan berkarya di sana. Gerardus menuruti nasihat itu dan bersedia pergi ke Hungaria. Di sana ia disambut baik oleh keluarga Raja St. Stefanus, bahkan diminta menjadi guru pribadi untuk putera mahkota St. Emerik. Sebenarnya ia tidak suka tinggal di istana. Ia lebih suka tinggal di sebuah pertapaan di hutan, jauh dari kota.
Karena kesalehan hidupnya dan pengaruhnya yang besar, Gerardus diangkat menjadi Uskup Maroschburg, Hungaria Selatan. Penduduk wilayah itu sebagian besar belum beriman Kristen; sedangkan mereka yang telah dibaptis pun belum cukup hidup menurut cita-cita Injil. Menyaksikan keadaan itu Gerardus belum berani langsung terjun berkarya di antara mereka. Ia mengasingkan diri ke daerah pegunungan untuk berdoa dan bertapa sebagai persiapan batin bagi karyanya. Setelah itu Gerardus dengan jiwa berani mulai melaksanakan tugasnya sebagai gembala umat.
Siang dan malam ia menelusuri lorong-lorong kota itu untuk mengunjungi umatnya dan tanpa mengenal lelah menuruni dan mendaki lembah dan bukit mengunjungi dusun-dusun untuk berkotbah. Penduduk yang sudah menjadi Kristen kembali sadar akan imannya, dan mereka yang masih kafir dipermandikannya. Banyak sekali yang dikerjakan Gerardus untuk memperkuat karya pewartaannya. Ia memberi makan kepada kaum fakir miskin dan gelandangan. Ia menghibur orang-orang sakit dan jompo dan mengangkut mereka dengan keretanya ke rumah sakit di kota. Ia mendirikan Gereja, biara-biara dan sebuah sekolah di samping rumahnya untuk mendidik anak-anak muda kota itu. Untuk meningkatkan karya pewartaannya, ia mendatangkan banyak misionaris dari Jerman dan mendidik orang-orang muda untuk menjadi imam.
Semua tindakan dan karyanya membuat semua warga kota Hungaria segan dan sangat menyayangi dia. Namun keadaan itu berubah seketika tatkala Raja St. Stefanus yang kudus itu meninggal dunia dan digantikan oleh seorang tak beriman yang menaruh kebencian terhadap umat Kristen. Putera mahkota St. Emerik yang seharusnya menggantikan dia sudah lebih dahulu meninggal dunia dan kekuasaan jatuh ke tangan seorang tak beriman. Raja baru itu melancarkan pengejaran dan penganiayaan besar terhadap orang-orang Kristen. Menyaksikan keadaan itu, Uskup Gerardus bermaksud menyadarkan raja baru itu dan menunjukkan jalan yang benar kepadanya. Bersama pembantunya, Bystrik and Buldus, Gerardus berangkat menuju istana raja itu. Namun nasib sial menimpa mereka di tengah jalan. Mereka disergap oleh orang-orang kafir di tepi sungai Donau, dilempari batu bertubi-tubi hingga mati. Seorang dari antara mereka menikami lambung Gerardus dengan tombak, sama seperti yang dialami oleh Yesus di Golgota sewaktu disalibkan. Demikian Uskup Gerardus bersama pembantu-pembantunya mati sebagai saksi Kristus di tepi sungai Donau pada tangga1 24 September 1048.
dari sumber http://www.imankatolik.or.id/ dan http://www.catholic.org/