Pages

Sta. Maria de La Salette

19 September

Sta. Maria de La Salette adalah peristiwa penampakan Bunda Maria kepada dua orang anak gembala, Melanie Calvat dan Maximin Giraud, pada 19 September 1846 di La Salette, Perancis. Dalam penampakannya, Bunda Maria dikisahkan duduk di atas batu, dan tampak sangat sedih dan menitikan air matanya. Bunda Maria memanggil Melanie dan Maximin, dan menceritakan kesedihannya. Revolusi Perancis telah membuat iman umat di Perancis rusak. Banyak umat jarang mengikuti Misa, banyak yang sudah tidak berdoa, dan Banyak yang menghina Tuhan dengan kata-kata yang mereka ucapkan. Bunda Maria mengungkapkan sudah tidak kuat menahan tangan Yesus, Puteranya. Bunda Maria kemudian meminta kepada Melanie dan Maximin, untuk berdoa setiap hari, sekurang-kurangnya berdoa Bapa Kami dan Salam Maria. Dikisahkan juga, Bunda Maria memberikan rahasianya kepada Melanie dan Maximin. Melanie dan Maximin menceritakan apa yang mereka saksikan, dan mereka dibawa untuk menceritakannya kepada seorang imam. Penyelidikan terhadap peristiwa ini dilakukan oleh Uskup Grenoble. Pada tahun 1851, penampakan ini diakui oleh Uskup Grenoble dan Takhta Suci.


dari sumber http://www.marypages.com/http://yesaya.indocell.net/, dan http://en.wikipedia.org/

Sto. Yanuarius

19 September

Januarius diyakini lahir di Beneveto, Naples, Italia. Tidak diketahui bagaimana masa lalunya sampai dengan ia menjadi Uskup Beneveto. Dikisahkan pada masa penganiayaan Kaisar Diokletian, ketika mengunjungi Sto. Socius, Sto. Proculus, Sto. Eutychius, dan Sto. Acutius di dalam penjara, Yanuarius ditangkap bersama dengan diakonnya, Sto. Festus, dan lektornya, Sto. Desiderius. Mereka semua disiksa dan dilemparkan ke hadapan binatang buas yang sama sekali tidak menyerang mereka. Pada sekitar tahun 304, Yanuarius menerima mahkota kemartirannya setelah dipenggal di Pozzuoli, Campania. Relikui Yanuarius yang diyakini berupa darahnya tersimpan di Katedral Naples. Darahnya mencair setidaknya tiga kali dalam satu tahun, yakni pada hari peringatannya (19 September), pada tanggal 16 Desember, dan pada hari Minggu pertama pada bulan Mei. Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan mukjizat ini. Diyakini juga peristiwa ini melambangkan perlindungan kota Naples dari bencana, karena darah itu tidak mencair pada tahun 1939, atau pada awal perang dunia II.


Sto. Alfons dari Orozco

19 September

Alfonsus de Orozco lahir pada 17 Oktober 1500 di Oropesa, Toledo, Spanyol. Ia adalah anak seorang gubernur kastil di Oropesa. Ia belajar di Talavera de la Reina, mempelajari musik dan bertugas sebagai paduan suara di katedral Toledo selama tiga tahun. Ia kemudian masuk Universitas Salamanca pada usia 14 tahun. Alfons merasa terpanggil setelah mendengarkan homili dari seorang Agustinian Sto. Thomas Villanova, dan memutuskan untuk bergabung dengan Ordo Agustinian. Alfons ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1527. Superiornya menyadari kemampuannya dalam  menyebarkan Sabda Allah. Ia kemudian menjadi prior pada biara di Valladolid, Spanyol pada 1554 dan juga menjadi pengkotbah untuk Kaisar Charles V. Pada tahun 1549, Alfons berkeinginan untuk pergi menjadi misionaris di Mexico, tetapi karena sakit, ia kembali ke Spanyol. Pada tahun 1561, saat ibukota dipindahkan ke Madrid, Alfons juga ikut pindah melayani Kaisar Charles V.  Ia menolak stipendium normal kerajaan, dan memilih hidup sebagai biarawan rendah hati. Ia selalu menerima siapapun yang mencari bimbingan spiritual. Ia menghabiskan waktu luangnya mengunjungi rumah sakit, penjara, dan orang miskin di jalan. Ia juga menjadi penulis ternama dalam bahasa Spanyol dan Latin, termasuk sejarah Agustinian. Ia juga memiliki devosi kepada Perawan Maria. Alfons dari Orozco, O.S.A., meninggal dunia pada 19 September 1591 di Kolose Inkarnasi, Madrid, Spanyol. Masyarakat Madrid menyerbu Kolose dan memasuki ruang Alfons untuk mencari relikui dari pastor yang mereka cintai. Pada 15 Januari 1882, ia dibeatifikasi oleh Paus Leo XIII, dan pada 10 Maret 2002, ia dikanonisasi oleh Paus Sto. Yohanes Paulus II.


diterjemahkan bebas dari http://saints.sqpn.com/http://www.vatican.va/http://www.catholic.org/, dan http://www.midwestaugustinians.org/

Sto. Fransiskus Maria dari Camporosso

19 September

Yohanes Croese lahir pada 27 Desember 1804 di Camporosso, Italia. Ia adalah putera dari Anselmo Croese dan Maria Antonia Gazzo. Ia bersekolah hanya sebentar, karena tidak memiliki keinginan, dan pada usia tujuh tahun, dan Yohanes memilih bekerja dipeternakan keluarganya. Yohanes kemudian merasakan panggilan Tuhan dan memutuskan untuk bergabung dengan Ordo Fransiskan Konventual. Yohanes diterima pada 14 Oktober 1822 di Sestri Ponente dengan nama Antonius. Kehidupan sebagai seorang biarawan Konventual, ternyata jauh lebih baik dari yang dialami Antonius di rumahnya. Hal ini sangat berbeda dengan keinginan Antonius yang ingin hidup miskin disertai dengan doa meditasi yang dalam. Antonius kemudian ingin berpindah menjadi seorang Kapusin, tetapi ia tidak berhasil mendapatkan persetujuan dari superiornya. Dengan bantuan seorang bruder Kapusin, Alexander dari Genoa, Antonius melarikan diri dari biaranya dan diterima pada sebuah pertapaan Kapusin di San Francesco di Volti, dengan nama Fransiskus Maria. Masa Postulan ia lalui selama tiga tahun sebelum ia menerima jubah dan masuk novisiat pada 17 Desember 1825 di pertapaan St. Barnabas di Genoa. Fransiskus adalah seorang pekerja keras dan tenang dalam setiap pekerjaan yang diberikan kepadanya. Fransiskus juga menerima banyak misi yang harus ia kerjakan. Ketika terjadi kekacauan di Genoa, Fransiskus membantu mendamaikan para biarawan Kapusin yang memiliki perbedaan pendapat. Pada tahun 1866, terjadi wabah kolera di Genoa. Fransiskus berdoa dan mempersembahkan dirinya supaya wabah ini segera berakhir. Fransiskus Maria dari Camporosso, O.F.M.Cap., meninggal dunia pada 17 September 1866 karena terinfeksi kolera, di Genoa, Italia. Setelah kematiannya, penderita kolera semakin berkurang dengan cepat. Oleh umat ia memperoleh sebuatan Bapa Suci karena kekudusannya. Pada 30 Juni 1929, ia dibeatifikasi oleh Paus Pius XI, dan pada 9 Desember 1962, ia dikanonisasi oleh Paus Sto. Yohanes XXIII.