Pages

Minggu Biasa XXVI

Tahun B

Pada suatu hari Yohanes berkata kepada Yesus, “Guru, kami melihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu. Lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Tetapi Yesus berkata, “Janganlah kamu cegah dia! Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya, barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan ganjarannya. Barangsiapa menyesatkan salah seorang dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu dibuang ke dalam laut. Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik bagimu dengan tangan terkudung masuk ke dalam hidup daripada dengan utuh kedua belah tangan dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan. Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik bagimu dengan kaki timpang masuk ke dalam hidup daripada dengan utuh kedua kaki dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati, dan api tidak padam.


Sto. Miguel Kurobioye

28 September

Miguel Kurobioye lahir di Jepang. Ia adalah seorang katekis yang berkarya bersama Sto. Yakobus Kyushei Tomonaga. Pada tahun 1633 ia ditangkap dan disiksa. Dalam penyiksaannya, ia memberitahu keberadaan Sto. Yakobus Kyushei Tomonaga. Ia kemudian bertobat terhadap kesalahan yang ia lakukan di dalam penjara. Miguel Kurobioye meninggal dunia pada tahun 1633 di Nagasaki, Jepang. Pada 18 Februari 1981, ia dibeatifikasi, dan pada 18 Oktober 1987, ia dikanonisasi oleh Paus Paus Sto. Yohanes Paulus II.


St. Eusebius

26 September

Paus Eusebius adalah Paus ke-31 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 309-310. Eusebius berasal dari Calabria, Yunani. Ia menjadi Paus menggantikan Paus St. Marsellus I pada 18 April 309/310. Sama seperti Paus St. Marsellus I, Paus Eusebius harus mengahadapi para lapsi yang tidak mau bertobat setelah menyangkal iman mereka. Sikap Paus Eusebius lebih melunak dibandingkan Paus St. Marcellus dengan menerima mereka setelah melakukan penitensi yang cukup. Hal ini mendapat tentangan dari Heraclius. Oleh Kaisar Maxentius, Heraclius dan Paus Eusebius diasingkan. Paus Eusebius diasingkan ke Sicily dan meninggal pada 17 Agustus 309/310 sebagai seorang martir. Tubuhnya dibawa kembali ke Roma pada masa Kepausan Paus St. Miltiades dan dimakamkan di pemakaman St. Kallistus.


St. Linus

23 Septemmber

Paus Linus adalah Paus ke-2 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 67-76. Sangat sedikit berita yang diketahui tentang kisah hidupnya. Menurut Liber Pontificalis, Linus lahir di Tuscany, Italia. Ia adalah putera dari Herculanus. Linus diyakini sebagai orang yang sama dengan yang dituliskan St. Paulus dalam suratnya yang kedua kepada Timotius. Dikisahkan bahwa ia ditahbiskan sebagai Uskup bersama St. Anakletus. Setelah kemartiran St. Petrus, Linus dipercaya sebagai Paus. Paus Linus dikatakan membuat aturan agar semua wanita menutup kepala mereka ketika berada di gereja. Paus Linus meninggal pada sekitar tahun 76, dan dipercayai sebagai seorang martir.. Namanya tercantum juga di dalam Kanon Misa.


Minggu Biasa XXV

Tahun B

Setelah Yesus dimuliakan di atas gunung, Ia dan murid-murid-Nya melintas di Galilea. Yesus tidak mau hal itu diketahui orang, sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka, “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia. Tetapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit.” Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada Yesus. Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika sudah di rumah, Yesus bertanya kepada para murid itu, “Apa yang kamu perbincangkan tadi di jalan?” Tetapi mereka diam saja; sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka, “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan dari semuanya.” Yesus lalu mengambil seorang anak kecil ke tengah-tengah mereka. Kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka, “Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi nama-Ku, ia menerima Aku. Dan barangsiapa menerima Aku, sebenarnya bukan Aku yang mereka terima, melainkan Dia yang mengutus Aku.”


St. Agapitus I

20 September

Paus Agapitus I adalah Paus ke-57 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 535-536. Agapitus lahir di Roma, dan merupakan putera dari Gordianus, seorang imam yang meninggal pada saat rombongan Paus St. Symmachus diserang ketika hendak mengahadiri sebuah sinode. Agapitus kemudian menjadi Diakon Agung dan Imam. Pada 13 Mei 535, ia terpilih menjadi Paus menggantikan Paus Yohanes II, dalam usia yang sudah cukup lanjut. Hal pertama yang ia lakukan adalah membakar anathema yang dikeluarkan Paus Bonifasius II kepada Paus tandingannya, Dioscorus. Ia juga menerima aturan yang dibuat pada konsili Kartago. Ia juga menerima banding yang diajukan Contumeliosus, Uskup Reiz, yang dikutuk pada sebuah konsili di Marseilles dan memerintahkan St. Caesarius dari Arles untuk mengadakan pengadilan baru dihadapan delegasi Kepausan. Ketika kota Roma hendak diserang oleh Belisarius, Paus Agapitus pergi ke Konstantinopel atas saran Raja Gothic. Bersama lima Uskup, Paus berangkat menuju Konstantinopel dan tiba pada Februari 536. Di Konstantinopel ia disambut sebagai kepala Gereja Katolik. Pada saat itu di Konstantinopel sedang terjadi kekacaua akibat ajaran sesat Monofisitisme yang didukung Ratu Theodora. Ratu bahkan mengangkat Anthemius sebagai Patriark Konstantinopel. Melihat hal ini, Paus meminta Anthemius untuk menuliskan pernyataan imannya. Anthemius menolak, dan iapun diturunkan, dan Kaisar Yustinus pun mendukung keputusan itu dan menyadari bahwa ia telah dipengaruhi oleh Ratu. Setelah itu, untuk pertama kalinya dalam sejarah Gereja, Paus Agapitus menahbiskan seorang Patriark Konstantinopel, Mennas. Kaisar juga memberikan Paus Agapitus sebuah pernyataan iman tertulis. Tidak lama kemudian, Paus Agapitus meninggal pada 22 April 536 di Konstantinopel. Jenazahnya kemudian dibawa ke Roma dan dimakamkan di Basilika St. Petrus.


dari sumber http://www.catholic.org/, http://www.newadvent.org/, dan http://saints.sqpn.com/

B. Viktor III

16 September

Paus Victor III  adalah Paus ke-158 Gereja Katolik yanng menjadi Paus pada tahun 1086-1087. Ia dilahirkan pada sekitar tahun 1027 di Beneveto, Italia, dengan nama Dauferius. Ia adalah putera satu-satunya dari Pangeran Landolfo V dari Beneveto. Keinginannya untuk hidup membiara sangat ditentang keras oleh kedua orangtuanya. Setelah ayahnya meninggal dalam pertempuran dengan bangsa Norman pada 1047, Dauferius melarikan diri dari rencana pernikahan yang diatur oleh orangtuanya. Ia kemudian ditangkap dan dipaksa kembali, tetapi ia kembali berhasil melarikan diri dan akhirnya orangtuanyapun menyerah dan mengizinkannya masuk biara St. Sophia di Beneveto, dimana ia memperoleh nama Desiderius. Karena merasa kehidupan biaranya tidak terlalu ketat, maka iapun pindah ke biara di Temite, dan pada tahun 1053 menuju pertapaan di Majella. Kemudian dalam sebuah tugas yang diberikan Paus St. Leo IX, ia bertemu dengan dua biarawan Monte Cassino, dan memutuskan untuk hidup dalam biara mereka pada tahun 1055. Desiderius kemudian diangkat sebagai superior untuk rumah di Capua. Pada tahun 1057, Paus Stefanus IX yang berkunjung ke Monte Cassino meminta para biarawan untuk menunjuk abbot yang baru, dan pilihan itu jatuh kepada Desiderius. Ketika hendak pergi sebagai delegasi untuk Konstantinopel, Paus Stefanus IX meninggal dan rencana kepergiannyapun dibatalkan pada tahun 1058. Satu tahun kemudian ia menjadi Kardinal-Imam. Kepemimpinan Desiderius, dipandang sebagai yang terbaik disamping kepemimpinan St. Benediktus dari Nursia. Reputasinya yang tinggi juga terdengar sampai Tahta Suci dan Paus bahkan memberikan kekuasaan khusus untuk melakukan reformasi biara, dan juga menunjuka Uskup dan abbot dari persaudaraannya untuk ditempatkan pada gereja dan biara manapun yang ia inginkan. Pada masa Kepausan Paus St. Gregorius VII, Desiderius memegang peranan penting dengan pengaruhnya pada bangsa Norman. Ia bahkan berhasil meyakinkan Robert Guiscard dan Richard dari Capua untuk menjadi pasukan pelindung Paus. Setelah Paus St. Gregorius VII meninggal pada 25 Mei 1085, Desiderius hendak dipilih sebagai penggantinya. Mengetahui hal itu, iapun melarikan diri menuju Biara Monte Kasino. Ia mengetahui bahwa ia akan dipaksa untuk menerima mahkota Kepausan, sehingga pemilihanpun tertunda selama satu tahun. Pada 23 Mei 1086, para kardinal kembali berkumpul dan tetap sepakat untuk memilih Desiderius, tetapiia menolak, sehingga beberapa ada yang mulai mencari alternatif lain dengan memilih Kardinal Otto (Paus B. Urbanus II), tetapi hal ini ditolak sebagian besar kardinal lainnya. Karena sudah kehilangan kesabaran, akhirnya mereka sepakat untuk membawa paksa Desiderius menuju gereja St. Lucia dan dikenakan atribut kepausan dan diberikan nama Viktor pada 24 Mei 1086. Empat hari kemudian Paus Viktor III dan para kardinal meninggalkan Roma. Paus Viktor III memilih kembali ke Monte Cassino selama hammpir satu tahun. Pada tahun 1087, sebuah konsili diadakan di Capua pada masa pra-paskah dan disinilah Paus Viktor III mengakui pemilihannya. Setelah merayakan paskah di biaranya, ia pergi kembali ke Roma setelah pasukan Norman mengusir anti-paus Klement III, dan disana ia ditahbiskan pada 9 Mei 1087. Ia hanya berada di Roma selama delapan hari sebelum akhirnya kembali ke Monte Cassino. Pada bulan Agustus, diadakan sebuah konsili di Beneveto, dan pada konsili itu, disepakati untuk memperbaharui ekskomunikasi terhadap anti-paus Klement III, mengutuk pemberkatan oleh awam, dan meng-anathema Hugh dari Lyon, dan Richard, abbot Marseilles. Dalam konsili ini, Paus Viktor III mengalami sakit keras, kemudian kembali ke biara Monte Cassino dan meninggal pada 16 September 1087. Sebelum meninggal ia sempat menunjuk Kardinal Oderisius untuk menggantikannya sebagai abbot, dan Kardinal Otto untuk menggantikannya sebagai Paus. Pada 23 Juli 1887, Paus Viktor III dibeatifikasi oleh Paus Leo XIII.


dari sumber http://www.imankatolik.or.id/, http://www.newadvent.org/, dan http://saints.sqpn.com/

Minggu Biasa XXIV

Tahun B

Pada suatu hari Yesus bersama murid-murid-Nya pergi ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, "Kata orang, siapakah Aku ini?" Para murid menjawab, "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi." Yesus bertanya lagi kepada mereka, "Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini?" Maka Petrus menjawab: "Engkau adalah Mesias!" Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan. Ia akan ditolak oleh tua-tua, oleh imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya, "Enyahlah Iblis! Sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya, dan berkata kepada mereka, "Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal diri, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya."


St. Perawan Maria Berdukacita

15 September

St. Perawan Maria dikenal sebagai sosok yang tidak mau membagikan dukacita yang ia alami, karena ia selalu membagikan sukacita kepada kita semua. Peringatan St. Perawan Maria Berdukacita adalah tujuh peristiwa yang menunjukan rasa dukacita yang dialami oleh St. Perawan Maria selama hidupnya. Peristiwa-peristiwa itu adalah:

1. Nubuat Simeo

2. Keluarga Kudus mengungsi ke Mesir

3. Yesus hilang selama tiga hari di Bait Allah

4. Bertemu dengan Yesus saat dalam perjalanan menuju Kalvari

5. Yesus wafat dihadapan Bunda Maria

6. Yesus diturunkan dari salib dan diterima Maria

7. Yesus dimakamkan

Minggu Biasa XXIII

Tahun B

Pada waktu itu Yesus meninggalkan daerah Tirus, dan lewat Sidon pergi ke Danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. Di situ orang membawa kepada-Nya seorang tuli dan gagap dan memohon supaya Yesus meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Maka Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian. Kemudian Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya, “Effata”’ artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu, dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceritakannya kepada siapa pun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang, dan berkata, “Ia menjadikan segala-galanya baik! Yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berbicara.”


Kelahiran St. Perawan Maria

8 September

Setelah dikandung tanpa noda selama 9 bulan (8 Desember), Gereja memperingati kelahiran St. Perawan Maria. Maria adalah puteri dari St. Yoakim dan St. Anna. Kelahiran Maria merupakan bagian dari rencana keselamatan Allah bagi umat manusia. Perayaan ini diyakini dimulai dari sekitar Syria, setelah Konsili Efesus yang menegaskan Dogma Maria Bunda Allah. Gereja Roma baru mulai menerapkan perayaan ini pada abad ke-7. Kisah seputar kelahiran St. Perawan Maria dapat ditemukan dalam kitab apokrif injil Yakobus.

Musa

4 September

Musa lahir di Gosyen, Mesir. Ia adalah putera Amram dan Yokhebed, yang merupakan keturunan Lewi. Musa merupakan saudara dari Harun dan Miryam. Musa lahir ditengah kondisi bangsa Israel tumbuh dan berkembang di Mesir. Jumlah bangsa Israel sangat banyak, sehingga raja Mesir memerintahkan untuk melemparkan semua anak laki-laki Israel ke sungai Nil. Setelah Musa lahir, ia disembunyikan oleh keluarganya selama tiga bulan. Ketika keluarganya sudah tidak mampu menyembunyikannya, ia diletakan pada sebuah peti dan diletakan di sungai Nil. Musa kemudian ditemukan dan kemudian dibesarkan oleh puteri Firaun. Suatu ketika setelah Musa dewasa, ia melihat seorang Mesir menganiaya seorang Ibrani. Secara diam-diam, Musa membunuh orang Mesir itu. Ketika masalah ini diketahui oleh orang Ibrani yang lain, Musa menjadi takut dan melarikan diri ke Midian. Musa kemudian menolong Rehuellah Zipora dan ia kemudian menikah dengannya. Dari pernikahannya, Musa dan Rehuel memperoleh dua orang anak, Gersom dan Eliazer. Ketika Musa berusia sekitar delapan puluh tahun, Tuhan mengutusnya untuk membebaskan bangsa Israel, ketika Musa sedang menggembalakan domba di gunung Horeb. Pada awalnya Musa ragu akan kepercayaan orang Israel dan kemampuan bicaranya, tetapi Tuhan meyakinkan Musa. Musa kemudian meminta Tuhan untuk mengutus orang lain yang membuat Tuhan murka, dan meminta Musa untuk mencari Harun, saudaranya. Musa kembali ke Mesir bersama isteri dan kedua puteranya. Kedatangan Musa disambut Harun, kemudian mereka menghadap para tua-tua Israel, dan mereka percaya. Musa dan Harun kemudian menghadap Firaun untuk meminta pembebasan bangsa Israel, tetapi Firaun menolaknya, sehingga Tuhan mengirimkan sepuluh tulah kepada bangsa Mesir untuk menunjukan kekuatan Tuhan. Setelah bangsa Israel dibebaskan oleh Firaun, Musa menajadi pemimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir. Melalui perantaraan Musa, Tuhan membukakan jalan bagi bangsa Israel menyeberangi laut Merah dan menghindari kejaran tentara Mesir. Musa menjadi penghubung antara Tuhan dan Bangsa Israel. Ia menjadi penyambung lidah Tuhan dalam menetapkan kesepuluh Perintah Allah, dan aturan-aturan peribadatan lainnya. Seringkali Musa menyampaikan keluhan bangsa Israel, dan juga meredakan murka Allah kepada bangsa Israel. Musa juga mendengarkan perkataan Yitro, mertuanya untuk menunjuk orang-orang cakap menjadi hakim. Selama empat puluh tahun Musa memimpin bangsa Israel mengembara di padang gurun. Terhadap bangsa-bangsa yang melawan Tuhan, dan bangsa Israel, Musa memimpin bangsa Israel menyerang mereka sesuai dengan perintah Allah. Pada suatu ketika, Musa menjadi tidak percaya dan tidak menghormati kekudusan Allah, sehingga Allah menghukumnya untuk tidak dapat memasuki tanah yang dijanjikan. Sebelum meninggal, Musa diizinkan oleh Allah untuk melihat tanah yang telah dijanjikan. Musa meninggal dunia ketika berusia 120 tahun di gunung Nebo.


dari sumber Alkitab Deuterokanonika, LAI-LBI

St. Bonifasius I

4 September

Paus Bonifasius I adalah Paus ke-42 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 418-422. Bonifasius berasal dari Roma dan ia merupakan putera seorang imam bernama Jocundus. Bonifasius ditahbiskan oleh Paus St. Damasus dan pada masa Paus St. Inosensius I, ia menjadi perwakilan Paus di Konstantinopel. Setelah kematian Paus St. Zosimus, Bonifasius terpilih sebagai Paus oleh suara terbanyak pada 28 Desember 418. Sementara itu sebagia kecil suara memili Diakon Agung Eulalius sebagai Paus pada 27 Desember 418. Keduanya diberkati bersamaan pada 29 Desember, Bonifasius di Basilika St. Marsellus, dan Eulalius di Basilika Lateran. Symmachus, Prefek Roma pada saat itu, mendukung Anti-Paus Eulalius dan melaporkan terpilihnya Eulalius kepada Kaisar Honorius di Ravenna. Kaisar kemudian mengakui Eulalius dan mengusir Paus Bonifasius dari Roma. Tetapi Kaisar kemudian mau mendengarkan pembelaan Paus Bonifasius dan berusaha menyelesaikan masalah ini dengan mengadakan sinode di Spoleto. Baik Paus Bonifasius maupun Anti-Paus Eulalius tidak diperbolehkan berada di kota Roma. Ketika paskah tiba, Anti-Paus Eulalius memaksa masuk kota Roma dan merayakan Paskah disana, sementara Paus Bonifasius merayakan Paskah di pemakaman St. Felisitas. Hal ini membuat Kaisar mengakui Paus Bonifasius sebagai Paus yang sebenarnya dan mengutuk Anti-Paus Eulalius. Eulalius kemudian menjadi seorang Uskup di Nepi atau di Campanian. Saat sakit keras, Paus Bonifasius memohon kepada Kaisar agar dibuat sebuah aturan, sehingga tidak terjadi lagi skisma dalam pemilihan seorang Paus, dan Kaisarpun menerbitkan hukum yang diminta. Paus Bonifasius harus menghadapi kembali permasalahan antara para Uskup di daerah Galia, yang sebelumnya sudah dihadapi Paus. St. Zosimus. Masalah juga muncul dari para Uskup di Afrika, dan Paus Bonifasius mengutus utasanya kepada mereka. Paus Bonifasius juga mendukung St. Agustinus dalam menghadapi ajaran sesat Pelagianisme. Permasalahan juga terjadi pada Gereja Timur dan masih masalah Gereja di daerah Illyricurn. Paus Bonifasius I meninggal pada 4 September 422 di Roma, dan dimakamkan di pemakaman Maximus di Via Salaria.


Minggu Biasa XXII

Tahun B

Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat beberapa murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi – seperti orang-orang Yahudi lainnya – tidak makan tanpa membasuh tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang. Dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas tembaga. Karena itu, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus, “Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi adat istiadat nenek moyang kita? Mengapa mereka makan dengan tangan najis?” Jawab Yesus kepada mereka, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sebab ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.” Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka, “Dengarkanlah Aku dan camkanlah ini! Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskan dia! Tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskan dia! Sebab dari dalam hati orang timbul segala pikiran jahat, pencabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”