Pages

Minggu Biasa XXXII

Tahun C

Sekali peristiwa datanglah beberapa orang Saduki yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka menceritakan seorang wanita yang dinikahi berturut-turut oleh tujuh bersaudara yang semuanya mati tanpa meninggalkan anak; dan mereka bertanya siapakah yang menjadi suami wanita itu pada hari kebangkitan. Maka jawab Yesus kepada mereka, “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi orang yang dianggap layak mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi. Mereka sama seperti malaikat-malaikat, dan menjadi anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan. Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.”

Sto. Leo I

10 November

Paus Leo I adalah Paus ke-45 Gereja Katolik yang menjadi Paus mulai pada tahun 440-461. Leo lahir sekitar tahun 400 di Tuscany, Italia. Ia adalah putera dari Quintianus, yang juga seorang bangsawan. Leo adalah seorang pelajar yang cerdas, terutama dalam bidang teologi dan Kitab Suci. Ia kemudian diketahui menjadi Diakon Gereja, pada masa Kepausan Paus Sto. Selestinus I. Pada akhir masa Kepausan Paus Sto. Sixtus III, Leo diutus oleh Kaisar Valentianus III dalam sebuah misi ke Galia untuk mendamaikan Aetius dan Albinus. Pada 19 Agustus 440, Paus Sto. Sixtus III meninggal dunia, ketika Leo masih berada di Galia. Leo kemudian terpilih sebagai Paus dan ditahbiskan pada 29 September 440. Awal masa Kepausanya dimulai dengan munculnya ajaran sesat Pelagianisme dan Manicheanisme. Paus Leo berhasil mempertobatkan banyak orang yang terpengaruh Manicheanisme. Paus Leo juga harus menghadapi ajaran sesat Priscillianisme yang masih bertahan di Spanyol. Ajaran sesat terakhir yang dihadapi Paus Leo adalah Monofisitisme. Ajaran ini didukung oleh Kaisar Teodosius II dan juga Dioscorus, Patriark Alexandria. Sementara itu, ajaran ini juga mendapat tentangan selain dari Paus Leo, juga dari Sto. Flavianus, Patriark Konstantinopel. Masalah Monofisitisme menjadi besar setelah Eutyches diekskomunikasi oleh Sto. Flavianus yang juga didukung oleh Paus Leo. Pada tahun 449, diadakan sebuah konsili di Efesus yang oleh Paus Leo dinamakan sebagai "konsili para penyamun", karena konsili ini berlangsung dibawah tekanan Kaisar yang mendukung Monofisitisme. Pada tahun 451, diadakan Konsili Kalsedon, dimana ajaran Paus Leo yang juga dimaklumkan sebagai sebuah dogma, bahwa Kristus memiliki dua kodrat yakni kodrat Ilahi dan kodrat manusiawi. Konsili ini juga mengutuk Monofisitisme. Kisah lain dari Paus Leo yang sangat dikenal adalah ketika ia menghadapi Raja Atilla dari Hun dan juga Genserik, Raja Vandal yang pada saat itu menyerang kota Roma. Paus Leo mendatanginya dan memintanya tidak menyerang. Ada banyak kisah pada saat pertemuan ini yang tidak diketahui kebenarannya. Atas keberhasilannya, Paus Leo berdevosi kepada Sto. Petrus yang juga dikisahkan menampakan diri bersama dengan Paus Leo saat menemui bangsa Hun. Paus Leo juga memperbaiki banyak gereja dan juga mendirikan sebuah Basilika diatas makam Paus Kornelius. Paus Leo meninggal dunia pada 10 November 461 di Roma. Pada tahun 1754, ia dinyatakan sebagai Pujangga Gereja oleh Paus Benediktus XIV.