Pages

Sto. Yohanes dari Matha

8 Februari

Jean de Matha lahir pada 23 Juni 1160 di Faucon, Provence, Perancis. Ia adalah putera dari sebuah keluarga bangsawan. Yohanes memperoleh pendidikan di Aix, Perancis. Ketika ia kembali ke Faucon, ia memilih untuk menjadi seorang pertapa untuk beberapa saat. Yohanes kemudian melanjutkan pendidikan di Paris dalam bidang teologi. Yohanes ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1197. Ia kemudian bergabung bersama Sto. Felix dari Valois pada pertapaan di Cerfroid. Dalam beberapa kesempatan, Yohanes mendapatkan pengelihatan mengenai salib merah dan biru. Ia kemudian mendirikan Ordo Tritunggal Mahakudus/ Ordo Sanctissimæ Trinitatis (O.SS.T.) atau dikenal dengan Ordo Trinitarians, yang juga mendapatkan dukungan dari Paus Innocentius III. Ordo ini bertujuam untuk menebus para tawanan bangsa Moor. Ciri ordo ini adalah salib merah dan biru pada jubah mereka, seperti apa yang dilihat Yohanes dalam pengelihatannya. Ordo ini mendapat pengakuan Paus Innocentius III pada tahun 1209, dan Yohanes menjadi superior pertama ordo ini. Banyak tawanan berhasil dibebaskan oleh Ordo ini. Menurut tradisi dikisahkan, sebelum meninggal, Yohanes sempat bertemu dengan Sto, Fransiskus dari Assisi. Yohanes dari Matha, O.SS.T., meninggal dunia pada 12 Desember 1223 di Roma, Italia. Pada 21 Oktober 1666, ia dikanonisasi oleh Paus Alexander VII.


Sta. Yosefa Bakhita

8 Februari

Yosefina Bakhita lahir pada tahun 1869 di Sudan. Ada yang mengatakan bahwa Bakhita terlahir dari keluarga kaya Sudan, tetapi yang pasti ia diculik sejak kecil. Bakhita bukanlah nama sebenarnya, tetapi merupakan sebuah nama yang diberikan para penculik kepadanya, bahkan Bakhita tidak pernah ingat nama yang diberikan orangtuanya. Bakhita diperjualbelikan oleh para penculiknya di El Obeid and Khartoum, tidak jarang juga ia mengalami penyiksaan. Pada suatu ketika, ia dibeli oleh konsul Italia, Callisto Legnani, dan untuk pertama kalinya, Bakhita mengalami rasa damai, karena tidak mendapatkan siksaan. Ketika Callisto Legnani meninggalkan Sudan, karena kondisi politik, Bakhita ikut bersamanya ke Italia. Di Italia, ia mendapatkan keluarga baru, setelah Augusto Michieli dan isterinya mengadopsinya dari Callisto Legnani. Bersama keluarga Michieli, Bakhita tetap dicintai dan disayangi. Ketika keluarga Michieli memperoleh seorang puteri, Mimmina, Bakhita menjadi pengasuh sekaligus sahabatnya. Pada suatu ketika, Bakhita dan Mimmina dititipkan kepada suster-suster Canossian, karena keluarga Michieli harus bekerja di Laut Merah. Disinilah Bakhita mengenal Tuhan, yang sebenarnya bisikannya sudah ia rasakan sejak kecil, tetapi ia tidak dapat mengenalinya. Bakhita dibaptis pada 9 Januari 1890 dan mengambil nama Yosefina. Ketika keluarga Michieli datang untuk mengambil Bakhita dan Mimmina, Bakhita memilih untuk tetap tinggal bersama suster-suster Canossian karena ia merasa terpanggil akan hidup religius. Pada 8 Desember 1896, ia secara resmi menjadi biarawati. Selama 50 tahun ia hidup di Schio melakukan berbagai karya. Kerendahan hati dan murah senyumnya memenagkan hati para penduduk di Schio. Muder Moretta (Hitam), itulah sebutan untuk dirinya. Ketika ia semakin tua, ia merasakan rasa sakit yang ia alami ketika ia menjadi budak. Bunda Maria kemudian membebaskannya dari rasa sakitnya. Josephine Bakhita, F.D.C.C., meninggal dunia pada 8 Februari 1947 di biara Canossian di Schio. Pada 17 Mei 1992, ia dibeatifikasi oleh Paus Sto. Yohanes Paulus II dan pada 1 Oktober 2000, ia dikanonisasi oleh Paus yang sama.


Sto. Hieronimus Emilianus

8 Februari

Gerolamo Emiliani lahir pada tahun 1481 di Venesia. Ia adalah putera dari Angelo Emilianus dan Eleonore Mauroceni. Hieronimus kemudian bergabung menjadi tentara. Pada tahun 1508, ia bertugas mempertahankan Kastelnuevo, di sebuah pegunungan dekat Treviso. Ia dan pasukannya mengalami kekalahan dan iapun ditangkap, dan dirantai dalam ruang bawah tanah. Hieronimus kemudian menemukan Tuhan di dalam penjara ini. Ia berdoa kepada Bunda Maria untuk diberikan kesempatan untuk bertobat. Doanya dikabulkan dan ia berhasil melarikan diri secara ajaib. Ia kemudian langsung mengunjungi gereja dan menggantungkan rantai yang gunakan diatas altar. Ia kembali ke Venesia dan merawat keponakannya. Hieronimus juga belajar teologi dan melakukan karya kasih. Hieronimus ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1518. Tidak lama kemudian terjadi wabah demam, dan Hieronimus membantu merawat para korban. Ia menyewa sebuah rumah untuk menampung para anak yatim-piatu. Selanjutnya Hieronimus mendirikan enam panti asuhan, sebuah rumah penampungan bagi para prostitusi yang bertobat, dan sebuah rumah sakit. Hieronimus kemudian mendirikan Klerus Regula dari Somaska/ Ordo Clericorum Regularium a Somascha atau Somascans (C.R.S.). Nama Somaska diambil dari nama kota dimana Hieronimus dan dua imam lainnya, Alessandro Besuzio dan Agostino Bariso memulai karya mereka. Ordo ini mendapatkan pengakuan Paus Paulus III pada tahun 1540. Hieronimus Emilianus, C.R.S., meninggal dunia pada 8 Februari 1537 di Italia, ketika ia sedang menolong orang-orang sakit. Pada 29 September 1747, ia dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XIV, dan pada 16 Juli 1767 ia dikanonisasi oleh Paus Klement XIII.