Pages

Sto. Nicola da Longobardi

2 Februari

Giovanni Battista Clemente Saggio lahir pada 6 Januari 1650 di Longobardi, Cosenza, Italia. Ia adalah putera dari Fulvio Saggio dan Aurelia Pizzini, yang merupakan keluarga petani miskin. Dikisahkan ketika dilahirkan, cahaya memancar dari rumahnya. Giovanni memiliki kegemaran untuk belajar, tetapi kondisi keuangan keluarganya memaksanya untuk tidak dapat bersekolah dan bekerja di ladang membantu ayahnya. Sejak kecil, Giovanni telah menunjukan kekudusannya. Ia melakukan puasa dan selalu mengikuti Perayaan Ekaristi. Giovanni sering mengunjungi gereja yang digembalakan oleh Ordo Minimi untuk berdoa. Ketika berusia duapuluh tahun, Giovanni memiliki keinginan untuk menjadi biarawan Minimi, tetapi keluarganya menolak keinginannya. Giovanni menjadi buta, dan kembali sembuh ketika orangtuanya mengizinkannya untuk menjadi biarawan. Giovanni bergabung dengan Ordo Minimi dan menerima nama Nicola. Setelah menyelesaikan masa formasinya, Nicola ditempatkan di Longobardi, dan menjadi sosok yang dikenal, sehingga ia dipindahkan oleh pimpinannya ke Calabria. Di Calabria ia juga dikenal, karena mukjizat menghentikan gempa yang ia lakukan pada tahun 1693. Nicola dipanggil kembali ke Langobardi pada tahun 1696. Nicola kembali membuat lebih banyak mukjizat. Diakhir kehidupannya, Nicola ditempatkan di Roma. Nicola juga meramalkan waktu kematiannya. Nicola da Langobardi, O.M., meninggal dunia pada 2 Februari 1709 di Roma, Italia. Pada 17 September 1786, ia dibeatifikasi oleh Paus Pius VI, dan pada 23 November 2014, ia dikanonisasi oleh Paus Fransiskus.


dari sumber:
http://saints.sqpn.com/
http://www.santiebeati.it/
http://www.sanfrancescodipaola.biz/
http://it.wikipedia.org/

Yesus Dipersembahkan di Kanisah

2 Februari

Ketika genap waktu pentahiran menurut hukum Taurat Musa, Maria dan Yusuf membawa Anak Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah.” Juga mereka datang untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Waktu itu adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh hidupnya, yang menantikan penghiburan bagi Israel; Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Atas dorongan Roh Kudus, Simeon datang ke Bait Allah. Ketika Anak Yesus dibawa masuk oleh orang tua-Nya, untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, Simeon menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” Yusuf dan Maria amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Anak Yesus. Lalu Simeon memberkati mereka, dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel, dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri -, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang. Ada juga di situ seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer, namanya Hana. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah menikah, ia hidup tujuh tahun bersama suaminya, dan sekarang ia sudah janda, berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah, dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Pada saat Anak Yesus dipersembahkan di Bait Allah Hana pun datang ke Bait Allah, dan bersyukur kepada Allah serta berbicara tentang Anak Yesus kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Setelah menyelesaikan semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah Maria dan Yusuf serta Anak Yesus ke kota kediamannya, yaitu Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.